Penulis: Virdita Ratriani
KONTAN.CO.ID - Laos merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak memiliki laut. Negara yang beribu kota di Vientiane ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 2 Desember.
Dikutip dari laman resmi Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos berdiri pada 2 Desember 1975.
Negara anggota ASEAN ini menganut sistem partai tunggal yaitu Partai Revolusioner Rakyat Laos (PRRL), dengan ideologi komunis yang memiliki organisasi sayap yang mengatur kebijakan dan mengendalikan seluruh aspek kehidupan di Laos.
Sistem pemerintahan Laos adalah kabinet parlementer dengan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh National Assembly (NA) untuk masa bakti 5 tahun.
Baca Juga: Militerisasi di Laut China Selatan, Menlu Retno: Satu kata, mengkhawatirkan
Sementara perdana menteri dan anggota kabinet ditunjuk oleh presiden atas persetujuan NA, yang merupakan Majelis tipe Uni-Kameral dan anggotanya
dipilih oleh rakyat Laos.
Melalui kebijakan New Economic Mechanism (NEM) tahun 1986, Laos mulai membuka diri dan berinteraksi dengan masyarakat internasional lewat berbagai pembenahan. Kebijakan tersebut secara nyata berhasil menarik investasi asing dan meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
Sejalan dengan kemajuan ekonomi, Pemerintah Laos menargetkan keluar dari status least developed countries (LDC) atau negara terbelakang pada 2020.
Jumlah penduduk dan bahasa nasional Laos
Berdasarkan data Worldometers, jumlah penduduk Laos mencapai 7.298.125 juta per Senin, 14 September 2020. Rata-rata penduduk Laos berusia 24,4 tahun.
Bahasa nasional Laos adalah Lao, Prancis, dan Inggris. Sementara produk domestik bruto (PDB) Laos mencapai US$ 14,8 miliar pada 2017. Sedangkan agama di Laos yang dianut penduduknya mayoritas adalah Budha.
Baca Juga: Menlu Retno: Indonesia tidak ingin terjebak oleh persaingan AS dan China
Iklim dan bentang alam Laos
Iklim Laos adalah tropis dengan dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.
Sementara bentang alam Laos adalah pegunungan dengan hutan lebat.
Letak geografis Laos
Laos memiliki luas 236.800 kilometer persegi di pusat Semenanjung Asia Tenggara. Letak geografis Laos dikelilingi oleh Kamboja, Myanmar, China, Thailand, dan Vietnam.
Sekitar 70% dari area geografisnya terdiri dari gugusan pegunungan, dataran tinggi, plato, dan sungai-sungai.
Baca Juga: Amerika Serikat umumkan pembatasan baru bagi diplomat China di AS
Sumber daya alam Laos
Laos mempunyai potensi besar di bidang energi (hydropower), pertambangan, pertanian, perkebunan, dan pariwisata.
Kendala yang dihadapi dalam mengembangkan dan memanfaatkan potensi tersebut adalah kurangnya dana dan minimnya infrastruktur, rendahnya kualitas SDM dan lambatnya birokrasi pemerintah.
Wilayah Laos, khususnya di bagian Selatan di sepanjang Sungai Mekong sangat potensial untuk dikembangkan di bidang pertanian, terutama tanaman padi, kopi, dan karet.
Sementara wilayah bagian Utara umumnya adalah daerah pegunungan dan mempunyai potensi kayu dan kerajinan.
Di sejumlah daerah, seperti Xiengkhouang dan Savannakhet, potensi tersebut sulit dimanfaatkan karena masih banyak terdapat unexploded ordnance (UXO) atawa amunisi yang belum meledak, yang merupakan residu konflik Indochina.
Baca Juga: Profil lengkap 10 negara anggota ASEAN, pelajari yuk!
Pada High Level Round Table Meeting Oktober 2010, pembersihan UXO telah diterima PBB sebagai MDG ke-9 Laos.
Demi kelangsungan keamanan energi di kawasan, Laos berkomitmen membangun pembangkit-pembangkit listrik baru dan perluasan kerja sama sektor energi sebagai fondasi terbentuknya subregional power dan energy market.
Diperkirakan potensi hydropower Laos mencapai 28.000 megawatt (MW). Pemerintah Laos juga menggalakan pembangunan Special Economic Zone (SEZ) di sejumlah provinsi, seperti Vientiane, Savannakhet, dan Khmmouane.
Baca Juga: Mengenal lima negara pendiri ASEAN, termasuk Indonesia
Potensi ekonomi Laos
Selain itu, untuk bisa lebih terintegrasi dengan sistem perdagangan dan moneter internasional, pada 11 Januari 2011 Lao Securities Exchange
(LSX) resmi beroperasi.
Pada awal 2013, Pemerintah Laos mulai membangun proyek keretaapi cepat yang menghubungkan Laos dan Vietnam senilai US$ 5 miliar dengan pembiayaan yang didapat dari Malaysia.
Sementara rencana pembangunan proyek keretaapi cepat Vientiane–Luang Prabang senilai US$ 7 miliar diharapkan dapat dimulai dalam waktu dekat.
Proyek ini dinilai penting dalam upaya memajukan perekonomian Laos dan mewujudkan visinya sebagai land-link country di subkawasan.
Selanjutnya: Mengenal Sungai Mekong, sungai terpanjang di Asia Tenggara