Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
WASHINGTON. Rupanya, optimisme mengenai pertumbuhan perekonomian AS saat ini masih juga rendah. Sebagai bukti, sejumlah ekonom memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi AS di kuartal dua tahun ini akan melambat seiring dengan menurunnya angka belanja konsumen dan defisit perdagangan.
Berdasarkan nilai tengah 68 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, Produk Domestik Bruto AS di kuartal dua hanya akan naik sekitar 2,5% setelah kuartal sebelumnya naik 2,7%. Data lainnya kemungkinan juga menunjukkan, investasi bisnis yang bakal melorot dan prospek industri perumahan kian terpuruk.
Adanya penurunan laju pertumbuhan dibanding kuartal sebelumnya dapat diartikan perusahaan akan menunda merekrut karyawan baru dan akan memangkas harga untuk meningkatkan penjualan.
”Saat ini kita tengah mengalami pemulihan yang sangat lamban dan masih rentan,” jelas John Herrmann, senior fixed income strategist State Street Global Markets LLC. Dia menambahkan, kondisi tersbeut sejalan dengan pertumbuhan gaji yang diterima karyawan dan tingkat inflasi ke depan.
Pesimisme para analis itu didasarkan atas beberapa faktor. Sebut saja kurangnya lapangan kerja, tingkat kesejahteraan yang menurun akibat anjloknya bursa saham dan industri perumahan, pengetatan kredit, upaya pengurangan utang, serta penghematan oleh masyarakat.
Dari faktor-faktor itu, para ekonom meramal, anggaran belanja rumah tangga akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Berdasarkan estimasi nilai tengah sejumlah ekonom, tingkat pembelian hanya akan tumbuh 2,6%.