Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Goldman Sachs Group dan Nomura Holdings telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China karena negara ini menghadapi krisis pasokan listrik sehingga menambah ketidakpastian ekonomi.
Goldman Sachs menurunkan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dari 3,3% menjadi 3% karena China menghadapi kendala di sektor energi secara jangka pendek. Sementara Nomura memangkas proyeksi ekonomi dari 3,3% menjadi 2,8%.
Perlambatan ekonomi China semakin dalam karena industri properti yang makin merosot dan dan penguncian Covid-19 yang terus mengekang aktivitas bisnis dan konsumen pada Juli 2022.
Bank sentral secara tak terduga memangkas suku bunga pada minggu ini untuk membantu mendorong pertumbuhan. Sementara pemerintah daerah akan menjual lebih banyak obligasi untuk meningkatkan konsumsi.
Baca Juga: Taiwan Pamerkan Kemampuan Sistem Anti-Pesawat, Siap Bekerja 24 Jam Sehari
Prospek ekonomi menjadi lebih suram tahun ini. Diperkirakan pemerintah China akan gagal memenuhi target pertumbuhan PDB yang terlalu ambisius yakni sekitar 5,5%.
Berdasarkan survei Bloomberg, para ekonomi memperkirakan ekonomi China tumbuh 3,8%. Sementara itu, pejabat tinggi China meremehkan target baru-baru ini, dan secara pribadi mengakui bahwa China tidak mungkin memenuhinya pada tahun ini.
Ekonom Goldman melaporkan, permintaan domestik melambat bersamaan dengan inflasi serta penyaluran kredit yang juga tertekan.
"Hal ini seiring dengan peningkatan kasus Covid-19, pasokan listrik yang terbatas pada musim panas dan langkah stimulus baru yang tidak memberikan dampak besar," terang Goldman, dikutip dari Bloomberg, Kamis (18/8).
Senada, Ekonom Nomura juga menyebut situasi Covid-19 telah memburuk baru-baru ini, bahkan bisa lebih buruk daripada Juli karena meningkatnya jumlah penguncian.
"Beijing kemungkinan akan berbuat lebih banyak untuk menahan perlambatan, namun langkah stimulus yang komprehensif kemungkinan masih rendah dalam satu tahun perombakan pemerintah," tulis ekonom Nomura.
Di tengah kondisi tersebut, kebijakan nol-Covid-19 akan membuat langkah - langkah stimulus menjadi kurang efektif.
Beberapa ekonom lain juga telah memangkas proyeksi ekonomi China. Analis di ING Group dan TD Securities menurunkan proyeksi PDB setahun penuh mereka masing-masing menjadi 4% dan 2,9%.
Baca Juga: Bank Sentral Filipina Naikkan Suku Bunga Acuan 50 bps, Pertahankan Pandangan Hawkish
Goldman Sachs mengatakan penurunan proyeksi menyiratkan bahwa PDB untuk kuartal ketiga mungkin akan tumbuh 3,5% dari tahun lalu, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,3%. Sementara pertumbuhan kuartal keempat akan turun menjadi dari 3,8% menjadi 3,3%.
Gelombang panas di Sichuan membatasi pembangkit listrik tenaga air sehingga mengancam pasokan listrik dan pertumbuhan ekonomi di salah satu provinsi terpadat di China. Akibatnya, beberapa pabrik di pusat manufaktur di barat daya China membatasi produksi.
Di provinsi Hubei, di sebelah Sichuan, aliran air dari Bendungan Tiga Ngarai, pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia, turun sekitar 40% dari tahun lalu.
Analis BloombergNEF Wei Hanyang menilai, China tidak mungkin melakukan pemadaman listrik nasional karena masalah kekeringan. Sebab, sebagian besar provinsi lebih bergantung pada batu bara untuk pembangkit listrik.
"Kemudian pembangkit untuk menimbun bahan bakar fosil sebelum musim panas yang sejalan dengan arahan pemerintah," tambahnya.