Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - KATHMANDU. Gelombang demonstrasi besar-besaran di Nepal yang dikenal sebagai protes Gen Z semakin meluas.
Aksi yang didominasi remaja dan pemuda berusia belasan hingga awal 20-an tahun ini bukan hanya memaksa Perdana Menteri K.P. Sharma Oli mundur, tetapi juga menyasar simbol kemewahan elit politik dan bisnis di salah satu negara termiskin di dunia.
Kerusuhan pecah awal pekan ini ketika ribuan massa menyerbu parlemen, kantor perdana menteri, hingga Mahkamah Agung.
Sejumlah hotel bintang lima, termasuk Hilton, Hyatt Regency, dan Varnabas Museum Hotel, ikut menjadi target serangan pembakaran.
Baca Juga: Protes Gen Z Paksa PM Nepal Mundur, Negosiasi Pemimpin Baru Dimulai
Menurut Kementerian Kesehatan Nepal, jumlah korban tewas akibat bentrokan meningkat menjadi 34 orang, sementara lebih dari 1.300 lainnya luka-luka.
Manajer Hyatt Regency, Bhushan Rane, mengatakan hotel yang berada di dekat situs suci Boudhanath Stupa mengalami kerusakan akibat amukan massa, meski tamu dan staf selamat.
Pihak hotel memutuskan menutup operasional hingga situasi membaik. Hilton Hotel di Kathmandu, yang baru dibuka tahun lalu oleh Shanker Group, juga terbakar dan harus dievakuasi.
Pihak Hilton memastikan seluruh tamu dan pegawai selamat, namun bangunan akan ditutup sampai selesai dilakukan penilaian kerusakan.
Baca Juga: PM Nepal Lengser Usai Protes Besar-besaran Gen Z Melawan Korupsi dan Larangan Medsos
Rumah para politisi, termasuk milik Oli, turut menjadi sasaran. Legislator Partai Kongres Nepal, Rajendra Bajgain, bahkan mengaku hotel mewah miliknya, Varnabas Museum, dibakar massa.
Setelah insiden itu, ia menyatakan mundur dari parlemen dan menyatakan simpati terhadap tuntutan kaum muda.
Aksi ini dipicu kemarahan publik atas ketimpangan sosial dan dugaan korupsi elit politik.
Konten di media sosial yang menampilkan anak-anak pejabat bergaya hidup mewah dengan pakaian desainer hingga liburan mahal, kontras dengan kenyataan bahwa ribuan pemuda Nepal setiap hari harus merantau ke Timur Tengah, Malaysia, dan Korea Selatan demi mencari nafkah.
“Ini adalah luapan frustrasi rakyat,” kata Balaram K.C., mantan hakim agung dan pakar konstitusi.
Baca Juga: Demo Anti-Korupsi Nepal Memanas: 19 Tewas, Gen Z Jadi Motor Aksi
“Mereka yang seharusnya mengurus negara dengan jujur justru sibuk memperkaya diri dan keluarganya.”
Gelombang protes yang menelan puluhan korban jiwa ini dinilai sebagai guncangan politik terbesar Nepal dalam beberapa tahun terakhir, sekaligus memperlihatkan betapa dalam jurang ketidakpuasan masyarakat terhadap para elit negeri Himalaya itu.