Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Perang urat saraf di Eropa memanas kembali setelah Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (21/12) menyalahkan negara-negara Barat sebagai penyebab meningginya tensi di benua biru pasca Perang Dingin.
Berbicara di hadapan para pejabat militer senior, Putin mengatakan, Rusia akan menanggapi segala bentuk agresi negara Barat secara memadai dan siap mengembangkan pasukan militernya lebih jauh lagi.
"Mengapa mereka memperlebar NATO dan meninggalkan perjanjian pertahanan rudal? Merekalah yang harus disalahkan atas apa yang terjadi sekarang, atas segala ketegangan di Eropa," ungkap Putin, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Putin: Rusia Terdepan dalam Teknologi Rudal Hipersonik
Putin juga menyebutkan, AS terlalu senang setelah merasa memenangkan Perang Dingin. Saat ini, Amerika Serikat dianggap selalu mengarah pada pilihan kebijakan yang buruk.
Posisi Rusia saat ini adalah menuntut NATO menolak permintaan Ukraina yang ingin bergabung dengan aliansi tersebut. Rusia menjamin tidak ada senjata atau pasukan yang akan dikerahkan di negara tetangganya tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Putin juga mengaku sangat terbuka untuk segala bentuk pembicaraan konstruktif dengan AS dan NATO atas segala permasalahan yang terjadi di sekitar kawasannya.
"Konflik bersenjata dan pertumpahan darah sama sekali bukan sesuatu yang akan kami pilih, kami tidak menginginkan skenario seperti itu," Putin menegaskan.
Baca Juga: Bersitegang dengan Barat, Rusia Mendapat Jaminan Keamanan dari China
Sebelum ini, seorang diplomat senior Rusia mengatakan, kontak antara Moskow dan Washington tentang jaminan keamanan yang dicari Rusia telah dimulai. Ada juga kemungkinan bahwa kedua pihak akan mencapai kesepahaman.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, yang hadir pada pertemuan yang sama, menyatakan, AS telah mengerahkan sekitar 8.000 tentara di dekat perbatasan Rusia.
Menurut dia, AS dan sekutunya di NATO sering melakukan penerbangan dengan pesawat pembom strategis yang dekat dengan Rusia.
"Upaya NATO untuk melibatkan tentara Ukraina dalam kegiatan aliansi menghadirkan ancaman keamanan," ungkap Shoigu.