Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan komitmen negaranya untuk memperkuat posisi Rusia sebagai pemimpin energi global, di tengah perubahan besar pada rantai pasokan energi dunia dan dinamika pasar minyak internasional.
Dalam pernyataan yang dipublikasikan Kementerian Luar Negeri Rusia 16 Oktober 2025, Putin menyoroti bahwa banyak negara Eropa telah berhenti membeli sumber daya energi dari Rusia karena tekanan politik. Namun, langkah tersebut justru berdampak negatif bagi perekonomian dan industri Eropa sendiri.
Mengutip data Eurostat, ia menyebut bahwa output industri di zona euro pada Juli 2025 turun 1,2% dibandingkan level tahun 2021, sementara di Jerman, yang dikenal sebagai lokomotif ekonomi Eropa, penurunan produksi mencapai 6,6% dibandingkan dengan rata-rata 2021.
Tonton: CEK HARGA EMAS BATANGAN ANTAM HARI INI (19 OKTOBER 2025)
Menurut Putin, persoalan energi bukan lagi hanya tentang Eropa, melainkan pasar energi global secara keseluruhan yang kini tengah mengalami rekonfigurasi rantai pasok. Logistik energi, katanya, semakin bergeser ke belahan bumi selatan terutama ke kawasan Asia-Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin, melalui jalur dan pelabuhan baru yang dianggap lebih andal.
"Permintaan energi global terus tumbuh seiring pertumbuhan ekonomi dunia. Tahun ini, permintaan minyak global diperkirakan mencapai 104,5 juta barel per hari, atau lebih dari satu juta barel lebih tinggi dari tahun lalu," ujarnya.
Putin mengklaim, Rusia sendiri, tetap menjadi salah satu produsen minyak terbesar dunia, dengan kontribusi sekitar 10% dari total produksi global. Hingga akhir tahun, produksi minyak Rusia diperkirakan mencapai 510 juta ton atau setara 3,74 miliar barrel minyak mentah.
Baca Juga: Prabowo Panggil Sejumlah Menteri di Kediamannya Sore Ini, Apa yang Dibahas?
Negara tersebut juga disebut tetap berkomitmen dalam kerja sama OPEC+, guna menyeimbangkan pasar minyak global demi kepentingan produsen maupun konsumen.
Lebih jauh, Presiden Rusia menilai bahwa kebijakan energi Uni Eropa justru mempercepat pengalihan pasokan energi Rusia ke pasar yang lebih menjanjikan dan stabil, terutama ke negara-negara yang dinilai bertindak rasional dan memahami kepentingan nasional mereka.
Ia menambahkan bahwa sistem energi Rusia merupakan salah satu yang terbesar di dunia dengan kapasitas pembangkit listrik hampir 270 gigawatt, dan dikenal memiliki jejak karbon yang rendah. Sekitar 87% listrik Rusia dihasilkan dari sumber energi yang relatif bersih seperti gas, nuklir, tenaga air, dan energi terbarukan.
"Rusia bermaksud untuk semakin memperkuat posisinya sebagai pemimpin energi global dan membangun model energi dunia yang adil serta berkelanjutan demi kepentingan generasi mendatang," tegasnya.