kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Putra Mahkota Saudi Tidak Peduli Jika Joe Biden Salah Paham tentang Dirinya, Ada Apa?


Jumat, 04 Maret 2022 / 05:58 WIB
Putra Mahkota Saudi Tidak Peduli Jika Joe Biden Salah Paham tentang Dirinya, Ada Apa?
ILUSTRASI. Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman mengatakan dia tidak peduli apakah Presiden AS Joe Biden salah paham tentang dirinya. REUTERS/Jorge Silva


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman mengatakan dia tidak peduli apakah Presiden AS Joe Biden salah paham tentang dirinya. Dalam sebuah wawancara dengan media bulanan The Atlantic yang diterbitkan pada Kamis (3/3/2022), Pangeran Mohammed mengatakan Biden harus fokus pada kepentingan Amerika.

Mengutip Reuters, sejak Biden menjabat pada Januari 2021, kemitraan strategis lama antara Arab Saudi dan Washington berada di bawah tekanan atas catatan hak asasi manusia Riyadh, terutama sehubungan dengan perang Yaman dan pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada tahun 2018.

Dalam wawancara berbeda dengan kantor berita negara Saudi SPA,  Pangeran Mohammed juga menegaskan  bahwa Riyadh dapat memilih untuk mengurangi investasi di Amerika Serikat.

"Sederhananya, saya tidak peduli," kata putra mahkota ketika ditanya oleh The Atlantic apakah Biden salah paham tentang dia. 

Baca Juga: Arab Saudi Mangalihkan Saham Aramco Senilai US$ 80 Miliar ke Dana Investasi Negara

Dia mengatakan terserah Biden untuk memikirkan kepentingan Amerika.

“Kami tidak berhak menceramahi Anda di Amerika,” tambahnya. "Hal yang sama berlaku sebaliknya."

Sebelumnya, pemerintahan Biden merilis laporan intelijen AS yang melibatkan putra mahkota dalam pembunuhan Khashoggi, yang dibantah Pangeran Mohammed, dan mendesak pembebasan tahanan politik.

Putra mahkota mengatakan kepada The Atlantic bahwa dia merasa haknya sendiri telah dilanggar oleh tuduhan terhadapnya dalam pembunuhan brutal Khashoggi, yang terbunuh di dalam konsulat kerajaan di Istanbul.

Baca Juga: Presiden AS dan Raja Salman Bahas Pasokan Energi, Iran dan Yaman

"Saya merasa hukum HAM tidak diterapkan pada saya... Pasal XI Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa setiap orang tidak bersalah sampai terbukti bersalah," katanya.

Pembunuhan Khashoggi menodai citra reformis yang telah ditanamkan putra mahkota di Barat, yang sebagian besar mengutuknya. MBS ingin mengembalikan fokus pada reformasi sosial dan ekonomi yang telah dia dorong untuk membuka perekonomian Arab Saudi dan mendiversifikasi ekonominya yang bergantung pada minyak.

Mereka tampaknya tidak mencakup reformasi politik yang luas.

Ditanya apakah pemerintahan Saudi bisa berubah menjadi monarki konstitusional, MBS mengatakan tidak. 

“Arab Saudi didasarkan pada monarki murni,” katanya.

Pangeran Mohammed juga mengatakan kepada The Atlantic bahwa tujuan Riyadh adalah untuk mempertahankan dan memperkuat hubungan "panjang, historis" dengan Amerika. Dia mengatakan investasi Saudi di Amerika Serikat berjumlah US$ 800 miliar.

Baca Juga: Serangan Houthi meningkat, Arab Saudi bisa kehabisan rudal pencegat Patriot

"Dengan cara yang sama kami memiliki kemungkinan untuk meningkatkan kepentingan kami, kami memiliki kemungkinan untuk mengurangi mereka," katanya seperti dikutip SPA.

Sementara putra mahkota menikmati hubungan dekat dengan pendahulu Biden, Donald Trump, Biden telah mengambil sikap yang lebih keras terkait pembangkit tenaga listrik Teluk Arab dan sejauh ini memilih hanya untuk berbicara dengan Raja Salman bin Abdulaziz, bukan MBS.

Pemerintahan Biden juga telah memprioritaskan diakhirinya perang Yaman, di mana koalisi pimpinan Saudi telah memerangi gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran selama tujuh tahun. Konflik tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong Yaman ke ambang kelaparan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×