Sumber: The Guardian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Putri seorang ideolog Rusia ultranasionalis dan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin tewas dalam bom mobil di pinggiran Kota Moskow pada Sabtu (20/8).
Darya Dugina, yang ayahnya adalah komentator politik Rusia Alexander Dugin, meninggal ketika Toyota Land Cruiser yang dikendarainya hancur berkeping-keping akibat ledakan kuat sekitar 12 mil (20km) barat ibukota dekat desa Bolshiye Vyazemy sekitar pukul 21.30 setempat.
Surat kabar terkemuka Rusia tanpa bukti dengan cepat menyalahkan Kyiv atas serangan itu, menyebutnya sebagai upaya pembunuhan dan menuntut Kremlin menanggapi dengan menargetkan pejabat pemerintah di Kyiv.
Baca Juga: AS Sarankan Zelenskyy Hadir di KTT G20 jika Putin Datang
“Pusat pengambilan keputusan!! Pusat pengambilan keputusan!!!” tulis Margarita Simonyan, pemimpin redaksi stasiun televisi RT yang didanai negara, mem-posting ulang seruan untuk mengebom markas besar badan intelijen SBU Ukraina.
Jika pengeboman mobil dikaitkan dengan perang, itu akan menandai pertama kalinya sejak Februari bahwa kekerasan yang dilepaskan di Ukraina telah mencapai ibu kota Rusia, menyentuh keluarga sekutu Kremlin di dekat salah satu distrik paling eksklusif di Moskow.
Kyiv membantah keras tuduhan itu. "Ukraina sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini, karena kami bukan negara kriminal seperti Rusia, atau negara teroris," kata Mykhailo Podolyak, penasihat presiden, Volodymyr Zelenskiy, dalam sambutan yang disiarkan di televisi.
Ledakan itu terjadi tak lama setelah Dugina meninggalkan festival budaya "Tradisi" di sebuah perkebunan tempat ayahnya memberikan kuliah. Keduanya diharapkan pergi bersama tetapi malah Ayahnya naik mobil yang berbeda, kata seorang teman.
Baca Juga: Perang Berlangsung Hampir Setengah Tahun, Rudal Rusia Tampak Menghujani Ukraina
Lima menit kemudian, sebuah bom meledak di mobil yang dikendarai Dugina, membunuhnya seketika.
Saksi mata mengatakan puing-puing terlempar ke seluruh jalan saat mobil itu dilalap api sebelum menabrak pagar.
Penyelidik percaya bahwa pemboman itu “direncanakan dan bersifat kontrak,” kata Alexander Bastrykin, kepala komite investigasi, otoritas investigasi federal utama di Rusia.