Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tri Adi
Bisnis properti yang dijalankan Choo Chong Ngen juga melewati masa-masa sulit. Meski begitu dia memiliki strategi ciamik mengatasi hal itu. Pada krisis keuangan tahun 2008, dia berekspansi lahan. Dia paham, pada kondisi krisis, harga lahan terdiskon. Itu waktu terbaik baginya untuk belanja tanah dengan harga murah. Untuk berkontribusi pada masyarakat, Choo mendirikan yayasan yang fokus bergerak di bidang pendidikan menengah hingga universitas.
Mengembangkan bisnis dengan total investasi sebesar US$ 3 miliar lewat Worldwide Hotels Group hingga kini tidak selalu mudah. Choo Chong Ngen juga sempat mengalami berbagai masa sulit dalam bisnisnya hingga krisis menghadapi krisis. Meski demikian, Choo memiliki daya juang dan strategi jitu untuk mengatasi itu semua. Ia berusaha tidak menjual satu pun aset hotel miliknya, meskipun dalam kondisi terjepit.
Selama krisis keuangan tahun 2008, dia telah membuat penawaran tunggal sebesar $ 51 juta untuk membeli properti di Jalan Kallang. Tetapi karena krisis, bank-bank memungut biaya komitmen yang tinggi untuk pembiayaan, memaksanya untuk membayar transaksi secara tunai. "Saya menggunakan sebagian uang saya, menggunakan beberapa properti saya dan semua giro untuk membiayai akuisisi," katanya dalam sebuah wawancara dengan Forbes.
Dua tahun kemudian, sebidang tanah itu berkembang menjadi Hotel V pertamanya. Kepiawaian Choo dalam memitigasi krisis mengantarkan portofolionya semakin berkembang. "Ketika pasar sedang buruk, harga lahan menjadi lebih murah. Tetapi hotel masih bisa menghasilkan uang, jadi saya terus berinvestasi di tengah kondisi apapun," kata Choo,
Kini Ia memiliki enam merek hotel yakni Hotel 81, Hotel Boss, Hotel Mi, Value Hotel, V Hotel, dan Venue Hotel. Sedangkan jumlah unit hotel mencapai 38 hotel dengan kapasitas 6.500 kamar.
Kini, setiap tahun Choo mampu meraup pendapatan US$ 145 juta. Majalah Forbes mencatat, kekayaan Choo mencapai US$ 2,6 miliar pada 25 Juli 2018. Ia menjadi orang terkaya nomor sepuluh di Singapura dan termasuk dalam jajaran orang kaya ke 1.157 di dunia. Ia juga sempat dianugerahi Pengusaha bergengsi of the Year Singapore oleh Asia Pacific Entrepreneurship Awards (APEA) pada tahun 2013.
Siapa yang menyangka miliarder asal Singapura ini mengalami putus sekolah di usia belia. Choo percaya pendidikan merupakan aspek paling penting bagi kehidupan seseorang. Ia tidak ingin orang lain putus sekolah lantaran masalah ekonomi seperti yang dia alami. Oleh sebab itu, selama tujuh tahun terakhir, Choo menyumbangkan dana sebesar US$ 8 juta untuk empat universitas di Singapura. Ini sebagai caranya untuk bisa berkontribusi bagi masyarakat.
Pada November 2017, Choo mendirikan Choo Chong Ngen Foundation yang didirikan di bawah Yayasan SymAsia Credit Suisse. Yayasan ini juga meminta beberapa bank Singapura sebagai penasihat filantropi. Melalui yayasan ini, Choo aktif mendermakan kekayaannya khusus untuk dana pendidikan, baik dari jenjang pendidikan menengah hingga politeknik dan universitas. Choo memberikan sumbangan pertama di bawah yayasan dana sebesar S$ 2,5 juta untuk lima politeknik.
Adapun politeknik yang dibiayai adalah Nanyang Polytechnic, Ngee Ann Polytechnic, Republic Polytechnic, Singapore Polytechnic, Temasek Polytechnic. Masing-masing dari lima politeknik akan menerima S$ 500.000.
Dalam hal ini pemerintah Singapura ikut memberikan sumbangan dengan rasio 1,5: 1 sehingga total donasi menjadi S$ 1,25 juta untuk setiap politeknik. Artinya, jumlah total kontribusi dana sumbangan untuk lima politeknik akan berjumlah S$ 6,25 juta.
"Saya selalu percaya pada pentingnya memiliki pendidikan yang baik. Ketika saya tumbuh dewasa, saya tidak mendapatkan hak istimewa untuk melanjutkan pendidikan karena kesulitan keuangan pada waktu itu. Tetapi jelas bahwa pendidikan dapat membawa kebaikan besar bagi kehidupan," ujar Choo.
(Selesai)