Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Qantas Airways dan Airbus SE akan bersama-sama menginvestasikan senilai A$2 juta (US$ 1,34 juta) untuk kilang bahan bakar nabati yang akan didirikan di negara bagian Queensland, Australia.
Kilang bahan bakar nabati itu akan mengubah produk sampingan pertanian menjadi bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF).
Seperti dilansir Reuters pada Kamis (30/3), dana tersebut akan digunakan untuk studi kelayakan terperinci dan pengembangan tahap awal dari fasilitas yang diusulkan yang dikembangkan bersama oleh Jet Zero Australia dan perusahaan teknologi SAF LanzaJet.
Kilang ini diharapkan dapat menghasilkan hingga 100 juta liter SAF per tahun dengan konstruksi yang akan dimulai pada tahun depan.
Baca Juga: Arab Saudi Bergabung dengan Blok Keamanan yang Dipimpin China
Sekadar informasi, SAF adalah bahan bakar nabati yang digunakan untuk menggerakkan pesawat terbang dengan sifat yang mirip dengan bahan bakar jet konvensional tanpa perlu mengembangkan pesawat atau mesin baru. Bahan bakar ini dapat dicampur dengan bahan bakar jet konvensional dan dapat mengurangi emisi karbon hingga 80%.
Emisi dapat dihemat selama proses produksi karena bahan baku yang digunakan untuk membuat SAD, termasuk residu pertanian dan limbah pabrik kayu, memiliki emisi siklus hidup yang lebih rendah daripada bahan bakar jet konvensional.
Qantas dan Airbus tahun lalu menyiapkan dana sebesar US$ 200 juta untuk membantu memenuhi target Qantas dalam menggunakan setidaknya 10% SAF dalam campuran bahan bakarnya pada tahun 2030, setelah maskapai ini melakukan pemesanan senilai miliaran dolar untuk pesawat berbadan kecil dan pesawat berbadan lebar Airbus.
Adapun, karena kurangnya industri bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan di Australia, Qantas kini memasok SAF di bandara-bandara luar negeri, termasuk 10 juta liter untuk penerbangan dari London pada tahun 2023 dan 20 juta liter untuk penerbangan dari California mulai tahun 2025.
Maskapai ini menargetkan 10% bahan bakar dari SAF pada tahun 2030 dan 60% pada tahun 2050 untuk mencapai target nol emisi bersih.