Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Beberapa perusahaan teknologi internet terbesar di China saat ini sedang menambah pengeluarannya untuk kembali bangkit setelah pemerintah China membatasi bisnis mereka yang paling menguntungkan dari fintech hingga e-commerce. Hal ini terkait aturan regulator mengenai praktik monopoli di industri internet.
Seperti diketahui, di awal tahun ini regulator China mengeluarkan kampanye anti monopoli yang bertujuan membatasi perilaku antipersaingan dari perusahaan-perusahaan ini seperti berbagi data konsumen hingga subsidi layanan hingga di bawah biaya agar menghilangkan persaingan
Dikutip dari Bloomberg, Tencent Holdings Ltd., Alibaba Group Holding Ltd. dan Meituan telah memperingatkan investor beberapa minggu terakhir ini bahwa mereka akan membuka pundi-pundi mereka untuk berkembang di berbagai bidang seperti komputasi awan, mengemudi otonom, dan kecerdasan buatan. Hal ini menjanjikan untuk mengubah lanskap internet dengan menyalurkan modal ke dalam teknologi dan infrastruktur dasar.
Baca Juga: China: Politisasi hambat penyelidikan lebih lanjut asal-usul COVID-19
Dari ketiganya, Meituan merupakan perusahaan yang paling berhati-hati dan juga yang paling terbiasa rela untuk mengalami kerugian. Raksasa pengiriman makanan ini telah merosot dan diprediksi masih akan alami kerugian lebih lanjut karena pendirinya, Wang Xing juga meningkatkan pengeluaran untuk jaringan logistik dan kapasitas rantai pasokan yang bertujuan untuk meningkatkan ambisi toko online barunya.
Meituan sebagai perusahaan teknologi terbesar ketiga di negara itu akan melaporkan pendapatan kuartal Maret pada hari Jumat. Pendapatan mereka diperkirakan mencapai 35,7 miliar yuan atau setara dengan US$ 5,6 miliar. Sementara itu kerugian bersih diproyeksikan akan meningkat lebih dari dua kali lipat dari kuartal Desember menjadi 5,2 miliar yuan.
“Peningkatan investasi untuk raksasa teknologi bukanlah sesuatu yang menjadi pilihan mereka. Inti dari kampanye anti monopoli adalah untuk mendorong raksasa ini keluar dari zona nyaman mereka, di mana mereka sekarang pada dasarnya hanya mencari sewa dari posisi mereka yang tidak tertandingi dalam bisnis masing-masing.,” kata He Qi, seorang fund manager di Huatai Pinebridge Fund Management seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (27/5).
Selain adanya regulasi yang mengatur persaingan, fintech, dan pengumpulan data, kabarnya pihak berwenang juga sedang mempertimbangkan untuk mendirikan usaha patungan untuk mengawasi sejumlah besar data pengguna yang dikumpulkan oleh perusahaan swasta.
Baca Juga: Semakin banyak negara yang melarang uang kripto bitcoin, ethereum, degocoin, dll
Upaya-upaya tersebut kemungkinan besar akan membatasi kemampuan industri internet yang tadinya freewheeling untuk menekan persaingan, baik dengan membeli startup yang menjanjikan atau menekan saingan dengan taktik seperti eksklusivitas paksa atau harga predatori.
Badan pengawas antitrust pada bulan April lalu juga telah mengenakan denda US$ 2,8 miliar pada Alibaba dan memerintahkan 34 perusahaan teknologi terbesarnya untuk berjanji mematuhi peraturan.