Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Masalah sebenarnya adalah apakah kita melihat transmisi masyarakat yang efisien di luar China dan pada saat ini kita tidak mengamati itu," ujar Mike Ryan, kepala program darurat WHO, mengatakan pada konferensi pers di Jenewa.
Kurang dari 700 kasus telah dilaporkan di negara-negara lain. "Bahkan di China epidemi ini mempengaruhi sebagian kecil orang, sangat kecil,” kata Ryan.
Baca Juga: Kementan: Imbas virus corona, ekspor-impor komoditas mengalami penurunan drastis
China telah merespons virus COVID-19 dengan mengunci ibu kota provinsi Hubei, Wuhan, yang berpenduduk 11 juta orang, dan menerapkan pembatasan di sejumlah kota lain.
Tetapi Partai Komunis yang berkuasa berada di bawah tekanan untuk mencegah ekonomi dari kejatuhan dan untuk membuat warga untuk kembali bekerja.
Untuk mendongkrak perekonomian mereka yang lesu, Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah pada hari Senin, yang diharapkan akan membuka jalan bagi pengurangan suku bunga pinjaman utama pada hari Kamis. Beijing juga telah mengumumkan rencana pemotongan pajak dan biaya.
Meski begitu, para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China melambat. Lembaga pemeringkat Moody's pada hari Senin menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB 2020-nya menjadi 5,2%, sehingga kemungkinan China tidak akan berhasil mencapai target untuk menggandakan PDB selama dekade hingga 2020.
jantung kota Tokyo.