kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   12.000   0,53%
  • USD/IDR 16.625   22,00   0,13%
  • IDX 8.166   -3,25   -0,04%
  • KOMPAS100 1.116   1,38   0,12%
  • LQ45 785   -0,49   -0,06%
  • ISSI 290   2,10   0,73%
  • IDX30 411   -1,02   -0,25%
  • IDXHIDIV20 464   1,23   0,27%
  • IDX80 123   0,22   0,18%
  • IDXV30 133   0,73   0,55%
  • IDXQ30 129   0,06   0,05%

Regulator India Temukan Pabrik Sirup Obat Batuk Mengandung Racun Tewaskan 17 Balita


Rabu, 08 Oktober 2025 / 18:14 WIB
Diperbarui Rabu, 08 Oktober 2025 / 20:42 WIB
Regulator India Temukan Pabrik Sirup Obat Batuk Mengandung Racun Tewaskan 17 Balita
Nilesh Suryavanshi, 32 tahun, ayah dari seorang anak berusia 3 tahun yang telah dirawat di Government Medical College, memegang botol sirup batuk Coldrif, yang telah dikaitkan dengan kematian 17 anak, di Nagpur, India, 8 Oktober 2025.


Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Regulator obat India menemukan sejumlah perusahaan farmasi melanggar aturan. Pelanggaran tersebut menyebabkan kematian 17 anak balita akibat konsumsi sirup batuk yang mengandung racun.

Kepala Pengawas Obat India, Rajeev Raghuvanshi dalam sebuah pernyataan mengungkapkan inspeksi yang dilakukan di sejumlah pabrik menunjukkan adanya pelanggaran serius. Meski tidak menyebut nama perusahaan atau jumlah yang terlibat, Raghuvanshi mengatakan pabrik-pabrik tersebut sebelumnya telah memproduksi obat dengan kualitas di bawah standar.

Dalam sebulan terakhir ada 17 anak di India meninggal setelah mengonsumsi obat batuk yang mengandung diethylene glycol, zat beracun yang ditemukan dalam kadar 500 kali lebih tinggi dari batas aman. Obat tersebut adalah Coldrif Syrup yang diproduksi oleh Sresan Pharmaceutical Manufacturer dan hanya dipasarkan secara lokal.

Baca Juga: India Akan Gunakan Teknologi Biometrik untuk Transaksi Pembayaran Digital Nasionalnya

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang meminta klarifikasi dari pemerintah India apakah sirup tersebut telah diekspor ke negara lain. WHO juga menyatakan akan mempertimbangkan penerbitan Global Medical Products Alert terhadap Coldrif Syrup jika ada konfirmasi resmi.

WHO terus menyarankan agar obat batuk dan pilek tidak diberikan kepada anak-anak.

Upaya menghubungi kepala perusahaan Sresan, G. Ranganathan, tidak berhasil. Kantor dan pabriknya di negara bagian Tamil Nadu telah ditutup. Pihak kepolisian sedang menyelidiki kasus ini sebagai dugaan pembunuhan, penjualan sirup telah dilarang, dan otoritas pusat telah merekomendasikan pencabutan izin produksi perusahaan tersebut.

Kementerian Kesehatan India pada Minggu lalu mengatakan bahwa otoritas kini tengah melakukan inspeksi terhadap 19 fasilitas produksi lainnya di enam negara bagian.

Di negara bagian Gujarat, dua perusahaan yakni Shape Pharma dan Rednex Pharmaceuticals ditemukan memproduksi sirup batuk yang tidak memenuhi standar mutu. Inspektur dari tingkat negara bagian dan pusat telah menghentikan seluruh produksi dan distribusi dari kedua perusahaan tersebut.

"Sebanyak tiga sampel sirup dari Shape Pharma dan 11 dari Rednex telah dikirim ke laboratorium pemerintah untuk pengujian lebih lanjut," ujar Menteri Kesehatan Gujarat, Rishikesh Patel.

Pemerintah negara bagian Telangana pada Rabu mengimbau masyarakat untuk segera berhenti menggunakan sirup batuk Relife dan Respifresh TR yang diproduksi masing-masing oleh Shape dan Rednex.

Insiden ini seperti ini pernah terjadi di industri farmasi India. Pada tahun 2022 ada kasus serupa yang menewaskan lebih dari 140 anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun. Di India 12 anak dilaporkan meninggal pada tahun 2019 akibat kontaminasi etilen atau dietilen glikol dalam sirup obat.

Sejak 2023, pemerintah India telah mewajibkan pengujian tambahan terhadap sirup batuk yang akan diekspor, menyusul tragedi-tragedi tersebut.

Industri farmasi India merupakan industri farmasi terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume setelah AS dan China dengan nilai sekitar US$ 50 miliar, di mana lebih dari separuhnya berasal dari ekspor. India memasok sekitar 40% obat generik yang digunakan di Amerika Serikat dan lebih dari 90% obat yang dikonsumsi di banyak negara Afrika.

Selanjutnya: Pondok Pesantren di Sidoarjo Dibangun Ulang dengan APBN

Menarik Dibaca: Apa Itu Blue Light? Ini 5 Cara Melindungi Kulit dari Paparan Blue Light




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×