kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekomendasi Pusat Pengendalian Penyakit AS: Hentikan konsumsi vape berbahan ganja


Sabtu, 28 September 2019 / 12:00 WIB
Rekomendasi Pusat Pengendalian Penyakit AS: Hentikan konsumsi vape berbahan ganja


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pejabat kesehatan masyarakat Amerika Serikat pada Jumat (27/9) merekomendasikan masyarakat untuk berhenti menggunakan rokok elektrik, terutama yang berbahan ganja tetrahydrocannabinol (THC).

Mengutip Reuters, rokok elektrik dipasarkan sebagai alat bantu bagi perokok untuk berhenti merokok. Tetapi meningkatnya penggunaan rokok elektrik di kalangan anak muda di AS dan sederet penyakit paru-paru padah yang dikatkan dengan rokok jenis ini memicu reaksi balik dengan meningkatnya pengawasan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (US Centers of Disease Control dn Prevention/DCD) beberapa waktu lalu menyarankan konsumen untuk menghindari rokok elektrik, tetapi rekomendasi terbaru berfokus pada produk THC menyusul data nasional yang merujuk sejumlah besar kasus terkait yang dipicu oleh tingginya penggunaan komponen ganja.

Baca Juga: Semakin banyak negara yang melarang rokok elektrik, ini alasannya

CDC dan pejabat kesehatan negara bersama dengan lembaga kesehatan lainnya sedang menyelidiki 805 kasus yang dikonfirmasi dan 12 kematian yang terjadi akibat penyakit pernapasan misterius yang diakibatkan oleh rokok elektrik.

Menurut penelitian yang diterbitkan oleh CDC pada Jumat lalu, sebanyak 514 dari 805 pasien tahu tentang zat yang digunakan dalam produk rokok elektrik mereka, dengan hampir 77% menggunakan vape yang mengandung THC.

Namun menurut Wakil Direktur Utama CDC Anne Schuchat mengatakan, ini tidak mempersempit fokus penyelidikan karena beberapa pengguna juga melaporkan penggunaan rokok elektrik dengan nikotin.

Data menunjukkan bawah 56,8% pengguna rokok elektrik menggunakan nikotin dalam vapenya, sementara 16% menggunakan vape dengan kandungan nikotin dalam 30 hari sebelum gejala sakit yang dialami.

"Kami belum tahu apa sebenarnya penyebab penyakit (pasien pengguna vape), apakah pelarut tertentu merusak paru-paru atau apakah kasus berasal dari satu pemasok atau beberapa," jelas Schuchat seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Rokok tembakau versus vape, mana yang lebih berbahaya?

Data terpisah dari Wisconsin dan Illinois menunjukkan bahwa meski tidak ada nama merek tunggal yang dilaporkan oleh seluruh pasien, duapertiga konsumen melaporkan menggunakan kartrid THC yang sudah diisi dengan produk bermerek Dank Vapes.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam New Englan Journal of Medicine awal bulan ini menemukan bahwa lebih dari setengah dari jumlah pasien penyakit paru-paru yang diwawancarai di Wisconsin dan Illiois melaporkan telah menggunakan merek Dank Vapes.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×