kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,27   6,91   0.74%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekor aksi jual obligasi Amerika


Rabu, 18 Mei 2016 / 16:55 WIB
Rekor aksi jual obligasi Amerika


Sumber: money.cnn | Editor: Dupla Kartini

NEW YORK. Sejumlah bank sentral gencar melepas surat utang Amerika Serikat (AS) alias US Treasury. Mereka mencari dana untuk menghadapi perlambatan ekonomi global. Tak heran, laju penjualan di awal tahun ini mencetak rekor.

Tercatat China, Rusia dan Brazil melepas kepemilikannya dalam US Treasury masing-masing setidaknya US$ 1 miliar pada Maret 2016. Secara keseluruhan, nilai penjualan bersih bank sentral global mencapai US$ 17 miliar pada Maret tahun ini.

Nilai penjualan surat utang AS bahkan mencetak rekor pada Januari 2016 yakni sebesar US$ 57 miliar. Adapun, sejak awal tahun ini, total nilai penjualan US Treasury oleh bank sentral sudah mencapai US$ 123 miliar. Bandingkan dengan tahun lalu, di mana total nilai penjualan surat utang sebesar US$ 225 miliar.

Data Departemen Keuangan AS yang dikutip CNNMoney, Selasa (17/5) menunjukkan, ini sebagai laju tercepat aksi jual surat utang AS oleh bank-bank sentral global setidaknya sejak tahun 1978.

Obligasi pemerintah AS dianggap sebagai salah satu aset paling aman di dunia. Tapi, beberapa ahli mengatakan, rasa panik terkait ekonomi global telah memicu aksi jual.
"Ini lebih akibat rasa takut global ketimbang hal lainnya," kata Ihab Salib, Head of international fixed income Federated Investors.

Pembuat kebijakan di seluruh dunia mulai panik lantaran di awal tahun harga minyak mentah jatuh, pasar saham fluktuatif dan kecemasan terhadap ekonomi China meningkat. Nah, dengan menjual surat utang Negeri Paman Sam, bank sentral bisa mendapatkan dana segar untuk membeli mata uang lokal dan mencegah penurunan nilai yang signifikan.

China tercatat memimpin aksi jual obligasi AS. "Kami melihat cadangan devisa bank sentral China turun drastis. Mata uang mereka di bawah tekanan," kata Gus Faucher, ekonom senior PNC Financial, Rabu (17/5). Negeri Tembok Besar ini sudah melepas kepemilikannya sebesar US$ 3,5 miliar.




TERBARU

[X]
×