Sumber: Mirror,Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Angka kematian virus corona di Amerika Serikat (AS) kembali catatkan rekor setelah bertambah 2.371 dalam satu hari. Sehingga total korban meninggal akibat virus corona di Negeri Paman Sam menjadi 30.817 per Rabu (15/4).
Kematian virus corona di AS meningkat dengan jumlah rekor untuk hari kedua berturut-turut. Menurut perhitungan Reuters, setidaknya ada sekitar 2.371 yang meninggal akibat virus corona pada hari Rabu, ini membuat total korban meninggal tembus ke atas 30.800.
AS sendiri mencatat kematian akibat virus corona pertamanya pada 29 Februari lalu. Kemudian, hanya butuh 38 hari untuk mencapai 10.000 kematian dan hanya dalam sembilan hari tembus ke atas 30.000.
Baca Juga: Wall Street jatuh 2,2% terseret data ekonomi yang masam dan kinerja perusahaan jeblok
Rekor korban meninggal dalam satu hari sebelumnya terjadi pada Selasa (14/4) yang kala itu mencapai 2.364. Sementara itu, kasus positif virus corona yang dikonfirmasikan di Negeri Paman Sam ini mencapai 635.000 dan 2 juta secara global.
Meskipun lonjakan kematian, ada tanda-tanda tentatif di beberapa bagian negara bahwa wabah mulai surut.
Para gubernur dari sekitar 20 negara bagian dengan beberapa kasus virus corona yakin mereka mungkin siap untuk memulai proses pembukaan kembali ekonominya pada 1 Mei. Ini sesuai dengan target yang ditetapkan Presiden Donald Trump. Hal tersebut diungkapkan seorang pejabat tinggi kesehatan AS pada Rabu (15/4) lalu.
Sementara itu, Gubernur di negara bagian yang paling terpukul, New York, California Louisiana, New Jersey, Massachusetts dan Michigan, mengatakan ada kebutuhan untuk pengujian yang lebih luas sebelum mulai mengakhiri lockdown.
Memang adanya kebijakan karantina wilayah di sebagian besar negara bagian AS telah membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan dengan penutupan restoran, bisnis dan sekolah.
Baca Juga: Begini strategi Korea yang sukses mengendalikan corona tanpa lockdown
Para pejabat kesehatan telah mencatat bahwa angka kematian adalah indikator yang tertinggal dari wabah, datang setelah pasien yang paling sakit jatuh sakit, dan tidak berarti pembatasan tinggal di rumah gagal untuk membatasi transmisi.
Negara bagian New York dan beberapa daerah lain yang dilanda kekerasan terus melaporkan penurunan tajam dalam rawat inap dan jumlah pasien dengan ventilator, meskipun pekerja layanan kesehatan garis depan dan sumber daya tetap berada di bawah tekanan yang luar biasa.
Para pejabat juga memperingatkan bahwa angka kematian terkait virus corona kemungkinan adalah jumlah yang kurang karena orang meninggal di rumah atau di panti jompo yang tidak pernah dites untuk virus tersebut.