kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reli peso Filipina di semester I berakhir dengan cepat, apa sebabnya?


Kamis, 05 September 2019 / 11:35 WIB
Reli peso Filipina di semester I berakhir dengan cepat, apa sebabnya?
ILUSTRASI. Uang Peso Filipina


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Reli peso Filipina di sepanjang paruh pertama tahun ini berakhir dengan cepat karena meningkatnya tensi perang dagang global dan goyahnya pertumbuhan ekonomi. Disinyalir, nilai tukar peso akan terus melemah.

Melansir Bloomberg, mata uang peso anjlok dari posisi yang mendekati level tertinggi 18 bulan pada Agustus seiring aksi jual investor asing atas saham lokal Filipina. Selain itu, bank sentral Filipina juga memangkas suku bunga acuan untuk kedua kalinya tahun ini dan mengatakan masih ada kemungkinan pemotongan suku bunga lanjutan. 

Baca Juga: Ekonomi Thailand melambat, pemerintah meluncurkan stimulus

Menurut ING Bank NV, nilai peso dapat melemah 4% lagi pada akhir tahun mengingat prospek eskalasi perang dagang antara AS-China.

"Saya tidak memiliki pandangan positif tentang peso," kata Nicholas Mapa, seorang ekonom senior di ING di Manila, yang sebelumnya bekerja di bank sentral seperti yang dikutip Bloomberg. "Mulai Agustus, peso menghadapi bias yang melemah sebagian besar karena terjadinya penjualan saham Filipina oleh pemain asing secara berkelanjutan." 

Investor, lanjut Mapa, memang memiliki alasan untuk mencari tempat berlindung sampai kondisi membaik.

Data Bloomberg menunjukkan, peso telah melemah 2% dari posisi tertinggi 31 Juli di level 50,81 per dollar. Pelemahan tersebut menghentikan reli sebesar 2,5% selama Juni dan Juli yang berhasil menjadikan peso sebagai mata uang negara berkembang dengan kinerja terbaik setelah baht Thailand. Mapa meramal, pelemahan peso kemungkinan akan berlanjut ke level 54,10 pada akhir tahun. Pada transaksi Kamis (5/9) pagi, nilai tukar peso berada di level 51,84.

Baca Juga: Krisis ekonomi kian parah, Argentina terapkan kebijakan kontrol mata uang

Masih memanasnya perang dagang memicu hengkangnya dana asing dari pasar saham dengan nilai bersih US$ 226 juta pada bulan lalu. Sebelumnya, nilai investasi asing mencapai US$ 488 juta selama tujuh bulan pertama tahun ini.

Tak hanya itu, kondisi ekonomi lokal yang tersendat juga membebani mata uang. Pertumbuhan PDB Filipina secara tak terduga melambat ke level terendah dalam empat tahun ke level 5,5% pada kuartal II 2019. 

Ekonomi terhambat akibat penundaan disetujuinya anggaran belanja negara selama empat bulan yang pada akhirnya mengakibatkan kemunduran pada rencana Presiden Rodrigo Duterte untuk menghidupkan kembali pertumbuhan melalui pengeluaran infrastruktur.

ANZ Bearish

Australia dan Selandia Baru Banking Group Ltd memiliki pandangan negatif jangka pendek pada peso. ANZ menilai, peningkatan belanja di sektor infrastruktur akan memukul neraca perdagangan.

Baca Juga: Terancam default yang ke-9, Argentina minta tambahan waktu untuk bayar utang

"Meskipun inflasi diperkirakan akan tetap rendah selama sisa tahun ini, sebagian berkat harga minyak global yang lebih rendah, pulihnya defisit perdagangan kemungkinan akan berakhir," kata Khoon Goh, kepala penelitian ANZ Asia di Singapura. "Dengan anggaran yang sekarang disahkan dan ditetapkannya kenaikan anggaran belanja, namun begitu juga halnya dengan impor." 

Goh memprediksi, peso akan melemah menjadi 53 per dollar pada akhir tahun.

Baca Juga: Cadangan devisa semakin mengering, ini yang dilakukan pemerintah Argentina

Pada pekan lalu, bank sentral Filipina mengatakan pihaknya berniat untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya sebesar seperempat persentase poin lagi.

Chang Wei Liang, ahli strategi makro di DBS Bank Ltd menilai, adanya rencana pemangkasan suku bunga dan inflasi yang rendah, suku bunga riil berubah menjadi kurang menarik bagi peso. "Selain itu, pelambatan ekonomi di kawasan Asia dapat memangkas tingkat remitensi, yang pada akhirnya dapat menekan peso," paparnya.




TERBARU

[X]
×