Ekonomi terhambat akibat penundaan disetujuinya anggaran belanja negara selama empat bulan yang pada akhirnya mengakibatkan kemunduran pada rencana Presiden Rodrigo Duterte untuk menghidupkan kembali pertumbuhan melalui pengeluaran infrastruktur.
ANZ Bearish
Australia dan Selandia Baru Banking Group Ltd memiliki pandangan negatif jangka pendek pada peso. ANZ menilai, peningkatan belanja di sektor infrastruktur akan memukul neraca perdagangan.
Baca Juga: Terancam default yang ke-9, Argentina minta tambahan waktu untuk bayar utang
"Meskipun inflasi diperkirakan akan tetap rendah selama sisa tahun ini, sebagian berkat harga minyak global yang lebih rendah, pulihnya defisit perdagangan kemungkinan akan berakhir," kata Khoon Goh, kepala penelitian ANZ Asia di Singapura. "Dengan anggaran yang sekarang disahkan dan ditetapkannya kenaikan anggaran belanja, namun begitu juga halnya dengan impor."
Goh memprediksi, peso akan melemah menjadi 53 per dollar pada akhir tahun.
Baca Juga: Cadangan devisa semakin mengering, ini yang dilakukan pemerintah Argentina
Pada pekan lalu, bank sentral Filipina mengatakan pihaknya berniat untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya sebesar seperempat persentase poin lagi.
Chang Wei Liang, ahli strategi makro di DBS Bank Ltd menilai, adanya rencana pemangkasan suku bunga dan inflasi yang rendah, suku bunga riil berubah menjadi kurang menarik bagi peso. "Selain itu, pelambatan ekonomi di kawasan Asia dapat memangkas tingkat remitensi, yang pada akhirnya dapat menekan peso," paparnya.