Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - YERUSALEM. Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk merebut Kota Gaza, yang dinilai sebagai perluasan operasi militer di wilayah Palestina.
Keputusan ini memicu gelombang kritik di dalam negeri maupun internasional, di tengah perang yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Jerman, sekutu utama Israel di Eropa, mengumumkan penghentian ekspor peralatan militer yang berpotensi digunakan di Gaza. Inggris mendesak Israel meninjau kembali rencana eskalasi militer tersebut.
Baca Juga: Serangan Udara Israel Tewaskan Sedikitnya Lima Orang di Kota Gaza Utara
Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, Mike Huckabee, menilai sejumlah negara justru memberi tekanan kepada Israel, bukan kepada Hamas, yang serangannya pada 2023 memicu konflik.
Tekanan dari Dalam Negeri
Di Israel, keluarga sandera yang masih ditawan di Gaza dan pemimpin oposisi mengecam keputusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka menilai langkah ini membahayakan nyawa para sandera.
Militer sebelumnya memperingatkan bahwa penguasaan penuh Gaza dapat meningkatkan risiko bagi sandera yang masih berada di tangan Hamas.
Baca Juga: Israel Berencana Ambil Alih Kota Gaza, Begini Respons Hamas dan Negara-Negara Arab
Pemimpin oposisi Yair Lapid menyebut keputusan itu sebagai bencana dan bertentangan dengan nasihat pejabat militer. Ia menuding Menteri Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich mendorong Netanyahu masuk ke dalam kampanye berkepanjangan yang berisiko menewaskan sandera dan prajurit.
Dalam wawancara dengan Fox News, Netanyahu menegaskan niat menguasai seluruh Gaza. Namun, pernyataan resmi kantor perdana menteri pada Jumat hanya menyebut rencana merebut Kota Gaza, tanpa memastikan penguasaan total wilayah.
Militer memperkirakan sudah mengendalikan 75% Gaza, dan penguasaan Kota Gaza akan menaikkan kontrol menjadi sekitar 85%.
Amir Avivi, pensiunan brigadir jenderal Israel, menyebut Kota Gaza sebagai pusat pemerintahan dan kekuatan Hamas. Menurutnya, jatuhnya kota tersebut akan menjadi “pengubah permainan” bagi perang.
Saat ini, sekitar 900.000 warga tinggal di Kota Gaza, banyak di antaranya adalah pengungsi. Sebelum perang, unit tempur terkuat Hamas beroperasi di wilayah ini.
Baca Juga: Petinggi Militer Israel Tolak Rencana Perluasan Kekuasaan di Gaza, Netanyahu Tertekan
Netanyahu mengatakan Israel tidak berniat mempertahankan Gaza secara permanen, melainkan ingin membentuk perimeter keamanan dan menyerahkan wilayah kepada pasukan Arab.
Israel memperkirakan masih ada 50 sandera di Gaza, 20 di antaranya diyakini hidup. Upaya negosiasi gencatan senjata pada Juli untuk membebaskan lebih banyak sandera telah gagal.
Kecaman Internasional
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mendesak Israel mempertimbangkan kembali rencana masuk ke Kota Gaza. Arab Saudi, yang mensyaratkan pembentukan negara Palestina untuk normalisasi hubungan, mengutuk langkah pendudukan tersebut.
Huckabee menyatakan Presiden AS Donald Trump frustrasi atas sikap Hamas yang dinilai tidak mau mencari penyelesaian, serta menegaskan Hamas harus dilucuti dan tidak boleh terus berkuasa.
Tekanan internasional terhadap Israel kian besar, termasuk terkait krisis kemanusiaan di Gaza. Inggris, Kanada, dan Prancis bahkan menyatakan dapat mengakui negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum PBB bulan depan.
Baca Juga: Ultimatum Israel: Gencatan Senjata Gaza Berakhir Jika Sandera Tak Dibebaskan Sabtu
Netanyahu menegaskan perang akan berlanjut hingga Hamas dilucuti. Namun, jajak pendapat menunjukkan mayoritas warga Israel mendukung penghentian perang melalui perjanjian diplomatik yang membebaskan sandera.
Forum Keluarga Sandera menilai pendudukan Gaza sama dengan meninggalkan sandera. Mereka menuduh kabinet keamanan mengorbankan sandera, tentara, dan masyarakat Israel demi tujuan politik.
“Ini hukuman mati bagi semua sandera yang masih ditahan,” ujar Danny Bukovsky, warga Tel Aviv.
Pendudukan penuh Gaza akan membatalkan keputusan Israel pada 2005 yang menarik pemukim dan pasukan dari wilayah tersebut, meski tetap mengendalikan perbatasan, wilayah udara, dan utilitasnya.