Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - KAIRO. Sedikitnya lima warga Palestina tewas, termasuk dua jurnalis lokal, dan lainnya luka-luka dalam serangan udara Israel di kota Beit Lahiya, Gaza utara, Sabtu (15/3).
Serangan udara dilakukan Israel saat para pemimpin Hamas mengadakan perundingan gencatan senjata Gaza dengan mediator di Kairo.
Beberapa orang luka parah saat serangan Isarel itu mengenai sebuah mobil, dengan korban di dalam dan di luar kendaraan, kata petugas medis seperti dilansir Reuters.
Saksi dan rekan jurnalis mengatakan orang-orang di dalam mobil sedang dalam misi untuk sebuah badan amal bernama Yayasan Al-Khair di Beit Lahiya, dan mereka ditemani oleh jurnalis dan fotografer ketika serangan itu mengenai mereka.
Tidak ada komentar langsung dari militer Israel soal serangan udara tersebut.
Baca Juga: AS dan Israel Melirik 3 Wilayah di Afrika Timur Ini untuk Lokasi Relokasi Warga Gaza
Insiden tersebut menggarisbawahi kerapuhan perjanjian gencatan senjata 19 Januari lalu yang menghentikan pertempuran skala besar di Jalur Gaza. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan puluhan orang telah tewas oleh tembakan Israel meskipun ada gencatan senjata.
Menanggapi beberapa insiden yang dilaporkan petugas medis Gaza, militer Israel mengatakan pasukannya telah turun tangan untuk menggagalkan ancaman oleh "teroris" yang mendekati pasukannya atau menanam bom di tanah dekat tempat pasukan beroperasi.
Sejak fase pertama gencatan senjata sementara berakhir pada 2 Maret, Israel telah menolak untuk membuka fase kedua perundingan, yang akan mengharuskannya untuk bernegosiasi mengenai penghentian perang secara permanen, tuntutan utama kelompok militan Palestina Hamas.
Insiden itu bertepatan dengan kunjungan kepala Gaza Hamas yang diasingkan, Khalil Al-Hayya, ke Kairo untuk perundingan gencatan senjata lebih lanjut yang bertujuan untuk menyelesaikan perselisihan dengan Israel yang dapat berisiko melanjutkan pertempuran di daerah kantong tersebut.
Pada hari Jumat, Hamas mengatakan telah setuju untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel jika Israel memulai fase berikutnya dari perundingan gencatan senjata menuju penghentian perang secara permanen, sebuah tawaran yang dianggap Israel sebagai "perang psikologis."
Hamas telah mengajukan tawaran untuk membebaskan penduduk asli New Jersey, Edan Alexander, seorang tentara berusia 21 tahun di tentara Israel, setelah menerima proposal dari mediator untuk negosiasi pada fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata.
Baca Juga: Rencana Mesir untuk Gaza: Solusi US$53 Miliar Tanpa Pemindahan Paksa Warga Palestina
Israel manyatakan ingin memperpanjang fase pertama gencatan senjata sementara, sebuah proposal yang didukung oleh utusan AS Steve Witkoff. Hamas mengatakan akan melanjutkan pembebasan sandera hanya di bawah fase kedua.
Perang dimulai ketika Hamas melakukan serangan lintas perbatasan ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menangkap 251 sandera, menurut penghitungan Israel.
Serangan Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Gaza, dan menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut menjadi puing-puing dan menyebabkan tuduhan genosida dan kejahatan perang yang dibantah Israel.