Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Kondisi perekonomian Singapura semakin memburuk. Data yang dihimpun Reuters menunjukkan, resesi ekonomi Singapura pada kuartal-II 2020 lebih dalam dari perkiraan analis. Penyebabnya, pandemi virus corona memberikan pukulan besar bagi ekonomi Asia yang bergantung pada perdagangan tersebut.
Negara kota itu telah terpukul keras oleh Covid-19 di mana Singapura diisolasi selama hampir sebagian besar kuartal kedua untuk mengekang penyebaran virus.
"Masih ada ketidakpastian yang signifikan tentang bagaimana situasi Covid-19 akan berkembang di kuartal mendatang, dan sejalan dengan itu, lintasan pemulihan ekonomi baik di ekonomi global dan domestik juga masih tersendat," kata Gabriel Lim, Menteri Tetap untuk Perdagangan dan Industri seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Gara-gara corona, Singapura turunkan proyeksi PDB 2020 jadi kontraksi 5%-7%
"Prospek ekonomi Singapura sedikit melemah sejak Mei."
Data yang dirilis pemerintah Reuters menunjukkan, Produk Domestik Bruto (PDB) mencatatkan penurunan rekor 13,2% dalam basis year on year di kuartal kedua. Sebagai perbandingan, pemerintah Singapura memprediksi penurunan sebesar 12,6%.
Sementara itu, PDB turun 42,9% dari tiga bulan sebelumnya pada basis tahunan dan penyesuaian musiman. Ini juga merupakan penurunan rekor dan lebih besar dari kontraksi 41,2% dalam perkiraan awal pemerintah.
Baca Juga: Waspada, Korea Selatan deteksi 3 galur baru dari virus corona yang bermutasi
Data tersebut sesuai dengan ekspektasi analis.
Pemerintah Singapura memprediksi, PDB setahun penuh akan terkontraksi antara 5% dan 7% dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 4% hingga 7%. Pusat transportasi dan pariwisata masih menghadapi penurunan terbesar dalam sejarahnya.
"Penurunan peringkat pada kuartal kedua dan pertumbuhan PDB setahun penuh menunjukkan pemulihan ekonomi yang lebih lambat dan lamban," kata Chua Hak Bin, ekonom di Maybank.
Baca Juga: Kasus harian turun, PM Singapura: Krisis virus corona masih jauh dari selesai
Dia mengatakan, kontrol perbatasan yang ketat, aturan jarak sosial, dan kekurangan pekerja asing akan membebani kecepatan pemulihan, meskipun tindakan penguncian telah dilonggarkan.
Bank sentral Singapura telah melonggarkan kebijakan moneternya pada bulan Maret, sementara pemerintah telah memberikan stimulus senilai hampir S$ 100 miliar (US$ 72 miliar) untuk mengurangi dampak pandemi.