Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Yudho Winarto
NEW YORK. Tak terduga, Revlon Inc menggebrak pasar lewat aksi akuisisi. Revlon mengakuisisi produsen kosmetik Elizabeth Arden Inc senilai US$ 870 juta untuk mendongkrak kinerja dan pamor yang mulai melesu. Revlon membeli Elizabeth Arden seharga US$ 14 per saham.
Harga ini lebih premium 50% ketimbang harga Elizabeth Arden di bursa saham sebesar US$ 9,31. Revlon menguasai Elizabeth Arden dengan membayar tunai. “Kami melihat ada peluang pertumbuhan yang besar dari Elizabeth Arden," ujar CEO Revlon Fabian Garcia seperti dikutip Bloomberg, Jumat (17/6).
Revlon bakal membayar Elizabeth Arden dengan tunai dari pinjaman yang diberikan Bank of America Corp dan Citigroup Inc sebesar US$ 2,6 miliar. Hitungan Revlon, akuisisi yang bakal dilanjutkan dengan merger, bisa menghemat pengeluaran mencapai US$ 140 juta.
Efisiensi itu bersumber dari penggabungan operasional, jaringan bisnis dan mendongkrak penjualan. Akuisisi ini menambah portofolio bisnis Revlon di bisnis parfum dan skin care yang menjadi bisnis inti Elizabeth Arden.
Garcia menilai, akuisisi dan merger bakal memperluas jangkauan Revlon di pasar global. Saat ini, penjualan Elizabeth Arden di kawasan China dan Asia membukukan pertumbuhan kuat. Yang jelas, akuisisi tersebut mengejutkan investor. Sebab, belakangan Revlon dikabarkan akan menjadi objek akuisisi, bukan sebaliknya.
Sementara, Elizabeth Arden disebut-sebut bakal dibeli oleh produsen kosmetik asal Korea Selatan, LG Household & Health Care Ltd pada 2014. Tapi, kedua belah pihak tidak mencapai kata sepakat. Akuisisi terhadap Elizabeth Arden menjadi salah satu upaya Revlon bertahan di tengah kompetisi bisnis yang kian memanas.
Revlon yang beroperasi sejak 1932, masih mampu membukukan laba US$ 11 juta dari penjualan US$ 439,6 juta di kuartal I 2016. Revlon bersaing ketat dengan L’Oreal dan Estee Lauder.
Sasar digital
Sementara, Elizabeth Arden yang memproduksi parfum merek Taylor Swift, Britney Spears dan Elizabeth Taylor, masih membukukan rugi US$ 28,4 juta dari penjualan US$ 191,9 juta per Maret 2016. Popularitas artis yang menjadi ikon Elizabeth Arden tak mampu mendongkrak penjualan selama dua tahun terakhir.
Elizabeth Arden menjual produk pengharum badan dan perawatan kulit di 120 negara. Pasca merger, kedua merek tersebut bakal gencar mengerek penjualan dari kanal digital. CEO Elizabeth Arden Scott Beattie menyatakan, pihaknya tengah mengembangkan pasar e-commerce.
Sementara, Revlon tercatat sudah menggarap pasar online dengan baik. “Selain memperkuat keuangan, Revlon memiliki kompetensi untuk mentransfer ilmu pemasaran digital untuk menaikkan penjualan,” ujar Beattie