kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Richard Branson, mewujudkan mimpi piknik ke luar angkasa (1)


Senin, 08 November 2010 / 07:09 WIB
ILUSTRASI. Sandiaga Uno


Reporter: Gloria Haraito | Editor: Test Test

Awal Oktober lalu, dunia digegerkan dengan peluncuran pesawat wisata pertama ke luar angkasa. Meski baru tahap uji coba, wahana ini menjanjikan umat manusia bisa melihat pemandangan langsung planet bumi dari luar angkasa. Setelah uji coba berlangsung sukses, sebentar lagi pesawat bernama Virgin Galactic ini siap menjual tiket pelesir ke luar angkasa seharga US$ 200.000. Richard Charles Nicholas Branson adalah otak di balik hadirnya pesawat ini.

Tidak lama lagi, mimpi umat manusia di muka bumi untuk menikmati wisata ke luar angkasa akan menjadi kenyataan. Pada 10 Oktober lalu, pesawat pengorbit ruang angkasa SpaceShipTwo milik Virgin Galactic berhasil menjalankan misi terbang solo pertamanya ke luar angkasa.

Richard Charles Nicholas Branson merupakan otak di balik terciptanya pesawat wisata luar angkasa tersebut. Dialah pemilik Virgin Galactic, perusahaan yang mengoperasikan SpaceShipTwo.

Di tangan pria kelahiran London, Inggris, 18 Juli 1950 ini, hal yang semula hanya sebatas mimpi dan khayalan manusia bisa menjadi sebuah realita. Setelah uji coba itu sukses, Branson siap menjual tiket wisata luar angkasa Virgin Galactic seharga US$ 200.000.

Branson merupakan anak tertua dari empat bersaudara. Ayahnya, Edward James Branson, adalah seorang pengacara. Sementara ibunya, Eve Branson, hanya seorang ibu rumah tangga.

Branson beristrikan Joan Templeman. Dari perempuan ini, Branson dikaruniai dua orang anak, yakni Holly Branson dan Sam Branson.

Di bawah payung Virgin Group, dia memiliki setidaknya 360 perusahaan. Pada tahun lalu, majalah Forbes mengklaim Branson sebagai orang terkaya ke-212 dengan harta US$ 4 miliar.

Perjalanan Branson meniti dunia bisnis penuh liku. Terlahir di lingkungan keluarga sederhana, dia terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah. Toh, dia membuktikan bahwa keterbatasan akses pendidikan bukan penghalang bagi seseorang untuk meraih sebuah kesuksesan.

Sejak kanak-kanak, Branson mengenyam pendidikan di Bishopsgate School dan Stowe School, London. Dia diketahui mengidap disleksia atau kelemahan dalam mengeja. Prestasi akademiknya pun terbilang payah.

Sayang, lantaran kondisi ekonomi keluarganya yang sulit, Branson harus berhenti sekolah di usia 15 tahun. Di usia sebelia itu, dia memilih berwiraswasta.
Bersama teman-temannya, dia membuat majalah Student.

Dari bisnis inilah Branson membiayai kebutuhannya sendiri. Belum lama ini, kepada sejumlah media di Indonesia, Branson mengaku tak pernah menyesal dengan keputusannya untuk berhenti sekolah.

"Waktu itu saya masih muda, saya tidak berpikir takut gagal. Saya juga tidak memikirkan pinjaman rumah atau pacar, jadi waktu memulai usaha sangat bebas," papar Branson kepada wartawan dalam acara BNI Inspire Lecture di Hotel Kempinski, Jakarta, akhir September lalu.

Branson mengakui, berhenti sekolah adalah keputusan terberat yang pernah dia ambil. Karena itu, dia tidak menyarankan kalangan anak muda di Indonesia mengikuti keputusannya tersebut.

Dalam kunjungannya ke Indonesia, dia tampak membumi. Di tengah sederet usahanya, ia masih antusias membagikan rahasia kesuksesannya merintis usaha di depan para pejabat, pengusaha, dan masyarakat Indonesia.

Branson bercerita, meniti karier di dunia bisnis membutuhkan kerja keras dan banyak waktu. Untuk itu, penting bagi seorang pengusaha menikmati bisnisnya dan punya mimpi yang besar.

Karena itu, setelah berbisnis media, dia masih berambisi merambah bisnis lainnya. Maka, di usia 20 tahun, tepatnya tahun 1970, Branson mulai terjun membangun bisnis usaha jual-beli pita diskon rekaman.

Dia membuka usahanya itu di lantai bawah sebuah apartemen di London Barat. Awalnya, tak pernah terlintas di benaknya untuk membangun kerajaan bisnis. "Saya berangkat dengan tujuan ingin menciptakan sesuatu yang saya nikmati. Selain itu, hasil dari berbisnis juga saya gunakan untuk membayar tagihan," katanya.

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×