Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menurut data Dana Moneter Internasional, dolar juga merupakan aset yang paling banyak dipegang di antara bank sentral, dengan dolar menyumbang 55% dari semua cadangan devisa pada kuartal pertama 2023.
Kiyosaki dikenal sering menjadi peramal di Wall Street. Dia meramalkan pada tahun 2021 bahwa kehancuran pasar terburuk dalam sejarah dunia akan datang, dan baru-baru ini memprediksi depresi ekonomi dapat terjadi di AS, karena "terlalu banyak tanda" yang menunjukkan kehancuran saham yang parah.
Mungkinkah de-dolarisasi terjadi?
Mengutip artikel Reuters pada akhir Mei 2023 lalu, de-dolarisasi akan membutuhkan jaringan yang melibatkan eksportir, importir, pedagang mata uang, penerbit utang, dan pemberi pinjaman yang luas dan kompleks untuk secara mandiri memutuskan untuk menggunakan mata uang lain.
Namun, ini agak sulit. Pasalnya, di satu sisi, dolar digunakan hampir 90% transaksi valas global, mewakili sekitar US$ 6,6 triliun pada tahun 2022, menurut data BIS.
Selain itu, sekitar setengah dari semua utang luar negeri dalam dolar, dan setengah dari semua perdagangan global ditagih dalam dolar.
"Fungsi dolar semuanya saling memperkuat," kata Barry Eichengreen, profesor ekonomi dan ilmu politik Berkeley.
Baca Juga: Robert Kiyosaki: Pasar Saham Menukik & Ekonomi AS Bakal Jatuh
Dia menambahkan, "Tidak ada mekanisme untuk membuat bank, perusahaan, dan pemerintah mengubah perilaku mereka pada saat yang bersamaan."
Meskipun mungkin tidak ada satu pun penerus dolar, menjamurnya alternatif dapat menciptakan dunia multikutub.
Yu dari BNY Mellon mengatakan negara-negara menyadari bahwa satu atau dua blok aset cadangan yang dominan "tidak cukup terdiversifikasi."
Bank sentral global melihat lebih banyak jenis aset, termasuk utang perusahaan, aset berwujud seperti real estat, dan mata uang lainnya.
"Proses ini sedang berlangsung," kata Mark Tinker, direktur pelaksana Toscafund Hong Kong.
"Dolar akan digunakan lebih sedikit dalam sistem global."