Sumber: Economic Times | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penulis buku keuangan terkenal Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, kembali menegaskan pandangannya yang bullish terhadap Bitcoin.
Pada Jumat (22/2), ia menyatakan bahwa dirinya akan "memborong" lebih banyak Bitcoin jika terjadi kejatuhan pasar yang mengakibatkan harga aset kripto itu turun drastis.
Bitcoin Jadi Aset Paling Cepat Pulih dari Krisis
Dalam pernyataannya di platform X (sebelumnya Twitter), Kiyosaki memperingatkan akan adanya kehancuran besar di berbagai kelas aset, termasuk saham, obligasi, real estat, emas, perak, dan cryptocurrency. Menurutnya, Bitcoin akan menjadi aset yang paling cepat bangkit dari kehancuran yang ia sebut sebagai "Everything Bubble."
"Jika harga Bitcoin jatuh, saya akan memborong lebih banyak," tulis Kiyosaki.
GIANT CRASH????
If there is a giant crash…. Of the often times called “the EVERYTHING BUBBLE,” stocks and bonds, real estate, gold and silver and Bitcoin will crash with it.
Q: If it crashes will I sell my Bitcoin?
A: NO
If the price of Bitcoin crashes I will back up the… — Robert Kiyosaki (@theRealKiyosaki) February 20, 2025
Ia tetap berpegang pada pandangannya bahwa Bitcoin adalah lindung nilai terbaik terhadap ketidakstabilan ekonomi dan inflasi yang terus meningkat.
Bitcoin Bertahan di Atas Level Kunci $95.000
Pernyataan Kiyosaki datang saat Bitcoin (BTC/USD) diperdagangkan di angka $98.420, naik 1,5% pada Jumat dan masih bertahan di atas level support krusial $95.000. Namun, Bitcoin menghadapi hambatan signifikan dalam menembus level resistensi yang lebih tinggi, sehingga pergerakannya tetap terbatas dalam kisaran sempit.
Sejak awal 2000-an, Kiyosaki dikenal sering memperingatkan kemungkinan krisis keuangan besar. Bahkan, pada bulan lalu, ia memprediksi bahwa "kejatuhan pasar saham terbesar dalam sejarah" akan terjadi pada Februari 2025. Ia memperkirakan aksi jual besar-besaran di pasar saham dan obligasi, yang akan memicu ketidakstabilan ekonomi.
Sebagai kritikus utama mata uang fiat, Kiyosaki menganggap Bitcoin sebagai "uang rakyat," sementara emas dan perak disebutnya sebagai "uang Tuhan." Ia terus mendorong investor untuk beralih ke aset-aset tersebut sebagai bentuk perlindungan dari gejolak pasar tradisional.
Bitcoin Bertahan di Tengah Arus Keluar ETF
Meskipun Bitcoin saat ini bergerak dalam kisaran yang terbatas, daya tahannya di sekitar level $95.000 menunjukkan potensi pemulihan. Hal ini terjadi di tengah arus keluar yang terus berlanjut dari ETF Bitcoin spot, yang menurut Market Pulse telah menekan harga dalam beberapa waktu terakhir.
Sejak diluncurkan, ETF Bitcoin telah menarik investasi sebesar $5,6 miliar. Namun, belakangan ini, minat spekulatif terhadap produk ini mulai mereda akibat ketidakpastian makroekonomi yang masih tinggi.
Baca Juga: Produsen Kendaraan Listrik Ini Bangkrut, Terpaksa Jual Aset Akibat Sepinya Pembeli
Analis percaya bahwa salah satu katalis utama bagi Bitcoin bisa datang dari permintaan institusional. Laporan terbaru menunjukkan bahwa MicroStrategy, perusahaan yang didirikan oleh Michael Saylor, sedang mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak Bitcoin setelah berhasil mengumpulkan dana sebesar $2 miliar.
Kebijakan The Fed Menahan Pergerakan Pasar
Risalah pertemuan The Federal Reserve pada Januari mengindikasikan bahwa bank sentral AS belum terburu-buru untuk memangkas suku bunga. Para pembuat kebijakan masih mengkhawatirkan risiko inflasi serta dampak ekonomi dari kebijakan tarif baru yang mungkin diberlakukan jika Donald Trump kembali berkuasa.
The Fed mempertahankan suku bunga pada kisaran target 4,25% - 4,5%, setelah sebelumnya menurunkannya sebesar 1% sepanjang 2024.
Sementara itu, pembicaraan diplomatik antara AS dan Rusia awal pekan ini sempat memberikan sedikit kelegaan bagi pasar. Namun, secara keseluruhan, sentimen investor masih cenderung berhati-hati. Ketidakmampuan Bitcoin untuk mempertahankan reli yang kuat mencerminkan ketidakpastian yang lebih luas mengenai kebijakan ekonomi global.