Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen kendaraan listrik (EV) Nikola Corporation (NKLA.O) mengumumkan telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11 pada Rabu (19/2) dan akan mengejar penjualan asetnya.
Langkah ini menjadikan Nikola sebagai perusahaan EV terbaru yang mengalami kesulitan akibat permintaan yang lesu, pembakaran kas yang cepat, dan tantangan pendanaan.
Perjalanan Sulit Nikola
Pengajuan kebangkrutan ini menandai akhir dari perjalanan penuh tantangan bagi Nikola, yang melibatkan beberapa pergantian kepemimpinan, anjloknya nilai saham, serta tuduhan dari pihak short-seller.
Baca Juga: Trump dan Elon Musk Bahas Efisiensi dan Penghematan di Sebuah Wawancara Eksklusif
Sejumlah startup EV yang go public selama pandemi, seperti Fisker, Proterra, dan Lordstown Motors, juga mengalami kebangkrutan akibat operasi yang padat modal dan terbatasnya akses pendanaan karena suku bunga tinggi serta lemahnya permintaan pasar.
CEO Nikola, Steve Girsky, dalam pernyataannya menyatakan bahwa berbagai faktor pasar dan makroekonomi telah memengaruhi kemampuan perusahaan untuk beroperasi. "Sayangnya, upaya terbaik kami belum cukup untuk mengatasi tantangan besar ini," ujarnya.
Sementara itu, pelopor industri EV seperti Tesla (TSLA.O) juga mengalami penurunan penjualan tahunan pertama pada 2024 akibat biaya pinjaman tinggi dan lini produk yang mulai menua, meskipun telah menawarkan berbagai insentif.
Dampak dan Langkah Selanjutnya
Nikola, yang awalnya fokus pada produksi truk semi listrik berbasis baterai sebelum beralih ke truk berbasis hidrogen, kini memutuskan untuk memulai proses penjualan aset guna memaksimalkan nilai perusahaan dan memastikan likuidasi yang tertata.
Perusahaan akan tetap menyediakan layanan dukungan untuk truk yang sudah beredar serta beberapa operasi pengisian bahan bakar hidrogen hingga akhir Maret 2025.
Nikola pertama kali mengirimkan kendaraan pada Desember 2021, tetapi serangkaian insiden kebakaran pada truk listriknya pada 2023 menyebabkan recall besar-besaran dan menimbulkan kekhawatiran akan aspek keselamatan.
Baca Juga: Donald Trump Berencana Terapkan Tarif 25% untuk Otomotif, Semikonduktor, dan Farmasi
Meski meningkatkan produksi truk berbahan bakar hidrogen pada 2024, Nikola tetap mengalami kerugian ratusan ribu dolar per unit yang terjual. Minimnya minat operator armada untuk berinvestasi pada truk listrik akibat biaya pinjaman yang tinggi semakin memperburuk situasi keuangan perusahaan.
Nilai saham Nikola anjlok sekitar 38% pada Rabu, dengan kapitalisasi pasar merosot menjadi kurang dari US$50 juta. Ini merupakan kejatuhan drastis dari puncak nilai pasar sekitar US$27 miliar pada 2020, saat perusahaan bahkan sempat bernilai lebih dari Ford Motor (F.N).
Sarah Foss, Kepala Divisi Hukum di firma analisis kredit dan restrukturisasi Debtwire, menilai bahwa kombinasi berbagai tantangan, termasuk meningkatnya persaingan, kendala operasional, serta tingginya biaya industri EV, telah menyebabkan kejatuhan Nikola.
Kondisi Keuangan yang Sulit
Nikola mencatatkan aset senilai antara US$500 juta hingga US$1 miliar, dengan estimasi kewajiban antara US$1 miliar hingga US$10 miliar, berdasarkan pengajuan kebangkrutan di Pengadilan Kebangkrutan Distrik Delaware, AS.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Potensi Krisis Ekonomi Besar dan PHK Massal
Kondisi keuangan Nikola semakin memburuk, dengan kas dan setara kas merosot tajam menjadi US$198,3 juta pada akhir September 2024, dibandingkan US$464,7 juta pada akhir 2023. Saat memasuki proses kebangkrutan, perusahaan hanya memiliki kas senilai US$47 juta.
Saham Nikola beberapa kali jatuh di bawah angka US$1, yang memaksanya melakukan reverse stock split tahun lalu demi memenuhi aturan pencatatan di Nasdaq.
Sejak go public pada 2020 melalui merger dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus (SPAC), Nikola langsung menghadapi pukulan telak dari laporan short-seller Hindenburg, yang menuduh perusahaan melakukan penipuan.
Tuduhan ini sempat dibantah oleh Nikola, tetapi pendiri sekaligus mantan CEO, Trevor Milton, dinyatakan bersalah atas penipuan pada 2022 dan dijatuhi hukuman empat tahun penjara pada tahun berikutnya.