Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Robert Kiyosaki, penulis buku terkenal Rich Dad Poor Dad, kembali memberikan pandangannya mengenai kondisi pasar yang saat ini mengalami kejatuhan besar-besaran.
Dalam pernyataannya terbaru di platform X, Kiyosaki menegaskan bahwa saat ini adalah momen terbaik bagi orang-orang untuk menjadi kaya.
Kiyosaki: "Crash Brutal Sedang Terjadi"
Dalam unggahan terbarunya, Kiyosaki menyebutkan bahwa berbagai kelas aset, termasuk saham, obligasi, real estat, emas, perak, dan Bitcoin, sedang mengalami penurunan tajam.
Ia memperingatkan bahwa situasi ini akan menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan. Namun, di sisi lain, ia menilai bahwa momen ini juga memberikan peluang besar bagi mereka yang ingin meraih kekayaan.
Baca Juga: Pasar Kripto Rebound Tajam Setelah Penundaan Tarif oleh Donald Trump
"CRASH BRUTAL SEDANG TERJADI. Pasar saham, obligasi, real estat, emas, perak, dan Bitcoin sedang jatuh. Aset terbaik di dunia kini sedang 'dijual murah'. Jutaan orang akan kehilangan pekerjaan. Ini adalah waktu terbaik untuk menjadi kaya."
Mengutip coinspeaker, Kiyosaki sebelumnya telah memprediksi bahwa Februari 2025 akan menjadi bulan dengan kejatuhan pasar saham terbesar dalam sejarah. Meski demikian, ia tetap optimistis terhadap masa depan Bitcoin.
Menurutnya, kejatuhan pasar akan mendorong investor untuk meninggalkan instrumen investasi tradisional, seperti saham dan obligasi, dan beralih ke Bitcoin, yang ia yakini akan mengalami lonjakan nilai signifikan.
Pada 15 Januari 2025, Kiyosaki bahkan memprediksi bahwa harga Bitcoin akan mencapai US$250.000 pada tahun ini. Ia terus mendorong investor untuk membeli lebih banyak aset kripto tersebut sebagai langkah perlindungan dari ketidakstabilan ekonomi global.
Bitcoin Alami Penurunan, Likuidasi Melebihi US$2 Miliar
Seiring dengan volatilitas pasar, Bitcoin mengalami tekanan harga yang signifikan. Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di bawah US$100.000, turun lebih dari 2% dalam 24 jam terakhir. Tidak hanya itu, lebih dari US$2 miliar telah dilikuidasi di pasar kripto dalam periode yang sama, jumlah yang bahkan melampaui likuidasi besar saat krisis COVID-19 dan skandal FTX.
Baca Juga: Ethereum Melonjak ke US$2.900, Anak Donald Trump: Sekarang Waktu Terbaik Tambah ETH!
Ben Zhou, CEO Bybit, memperkirakan bahwa jumlah likuidasi yang sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, mencapai US$8 hingga US$10 miliar. Ia menyatakan:
"Saya khawatir bahwa total likuidasi yang sebenarnya jauh lebih besar dari US$2 miliar. Menurut estimasi saya, angkanya setidaknya sekitar US$8-10 miliar. Untuk informasi, likuidasi 24 jam di Bybit saja mencapai US$2,1 miliar."
Dampak Perang Dagang dan Tarif Impor Terhadap Pasar Kripto
Penurunan tajam di pasar kripto juga dikaitkan dengan kebijakan tarif impor yang baru diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Kebijakan ini mencakup:
-
Tarif 25% untuk impor dari Meksiko dan Kanada
-
Tarif 10% untuk impor dari China
Keputusan ini memicu perang dagang dengan negara-negara mitra dagang AS. Sebagai bentuk balasan, Kanada, Meksiko, dan China memberlakukan tarif serupa pada barang-barang AS. Para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat meningkatkan harga barang, memperburuk inflasi, dan menyebabkan lonjakan pengangguran.
Sentimen pasar terhadap kebijakan ini terlihat negatif, dengan investor semakin berhati-hati. Indeks Bitcoin Fear and Greed saat ini berada di level 44%, yang menunjukkan tingkat kehati-hatian tinggi dari para investor akibat ketidakpastian harga Bitcoin.
Baca Juga: Trump Borong Kripto Sebelum Pasar Ambruk, Blunder Besar atau Insider Trading Gagal?
Aktivitas Perdagangan Bitcoin Tetap Tinggi
Meskipun mengalami penurunan harga, data dari CoinMarketCap menunjukkan bahwa volume perdagangan Bitcoin justru melonjak lebih dari 150% dalam 24 jam terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tetap aktif, dengan banyak investor yang tetap bertransaksi di tengah volatilitas harga.
Saat artikel ini ditulis, harga Bitcoin berada di angka US$97.102. Dengan pergerakan pasar yang masih fluktuatif, para analis terus memantau perkembangan lebih lanjut terkait dampak dari kebijakan ekonomi global dan reaksi investor terhadap kondisi pasar saat ini.