Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Harga emas dan perak meroket lebih dari 50% dalam setahun terakhir di tengah ketidakpastian global. Lonjakan ini kembali menyoroti peran logam mulia sebagai aset lindung nilai, sekaligus memicu perdebatan antara dua tokoh keuangan paling berpengaruh: Robert Kiyosaki, penulis Rich Dad Poor Dad, dan Warren Buffett, investor legendaris sekaligus CEO Berkshire Hathaway.
Melansir Business Today, selama bertahun-tahun, Buffett menolak emas dan perak dengan menyebutnya sebagai “aset tidak produktif” karena tidak menghasilkan pendapatan sebagaimana bisnis atau saham. Namun, belakangan ia mengejutkan publik dengan memberikan dukungan pada logam mulia — langkah yang bertolak belakang dengan pernyataannya di masa lalu.
Kiyosaki pun langsung menyindir perubahan sikap Buffett.
“Bertahun-tahun Buffett meremehkan investor emas dan perak seperti saya. Dukungan mendadaknya ini pasti berarti saham dan obligasi akan segera jatuh,” tulis Kiyosaki di X.
Dari Aset Tak Berguna Menjadi Safe Haven
Komentar Buffett soal emas sebelumnya sangat keras. Pada 1998, ia menyebut emas hanya “aset tak berguna” yang digali lalu dikubur kembali. Kini, pengakuannya terhadap peran emas dan perak sebagai safe haven dianggap sebagai respons terhadap kondisi ekonomi global yang kian bergejolak.
Bagi Kiyosaki, perubahan sikap Buffett justru menjadi sinyal bahaya. Ia menilai, jika investor konservatif seperti Buffett mulai melirik logam mulia, maka pasar saham dan obligasi bisa segera menghadapi guncangan.
Baca Juga: Bukan Emas, Robert Kiyosaki Ramal Logam Mulia Ini Bakal Melonjak 400%!
Sejak lama, Kiyosaki mendorong investor untuk mengalihkan aset ke emas, perak, dan kripto seperti Bitcoin serta Ethereum. Menurutnya, instrumen ini bisa melindungi kekayaan di tengah inflasi tinggi, ketegangan geopolitik, dan pelemahan mata uang.
Ia bahkan memperingatkan kemungkinan krisis besar yang bisa menyaingi Depresi Besar tahun 1929.
“Logam mulia dan kripto adalah taruhan paling aman saat aset kertas ambruk,” tegas Kiyosaki berulang kali.
Apa yang Mendorong Reli Emas dan Perak?
Lonjakan harga emas dan perak dipicu pelemahan dolar AS, kekhawatiran perlambatan pertumbuhan global, serta ketidakpastian geopolitik. Selain itu, kebijakan bank sentral dan utang pemerintah yang kian membengkak juga mendorong investor mencari perlindungan di aset aman.
Kiyosaki menilai kondisi ini semakin membuktikan kerentanan saham dan obligasi. Menurutnya, investor yang sejak dini beralih ke emas, perak, dan kripto akan lebih siap menghadapi badai krisis.
Baca Juga: 10 Kebiasaan yang Bedakan Orang Kaya dan Orang Miskin versi Robert Kiyosaki
Buffett selalu fokus pada investasi di perusahaan dengan fundamental kuat, sedangkan Kiyosaki menekankan pentingnya alternatif penyimpan nilai. Perbedaan filosofi keduanya kerap menciptakan kontras tajam. Namun, sikap Buffett yang kini lebih lunak terhadap emas menunjukkan realitas pasar bisa mengubah pandangan investor paling konservatif sekalipun.
Bagi Kiyosaki, langkah Buffett justru memperkuat peringatannya sendiri. Terlepas dari benar tidaknya prediksi krisis besar, reli emas dan perak saat ini menunjukkan investor global semakin mencari tempat aman di luar pasar konvensional.