Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat (AS) terus memajukan teknologi senjata hipersoniknya dengan keberhasilan pengujian terpadu Common Hypersonic Glide Body (CHGB), sebagaimana diumumkan Pentagon pada 12 Desember 2024.
Angkatan Darat AS berencana mengintegrasikan sistem Long Range Hypersonic Weapon (LRHW), yang dikenal sebagai Dark Eagle, ke platform darat bergerak.
Mengutip Eurasiantimes.com Jumat (20/12/2024) sejalan dengan itu, Angkatan Laut AS mengembangkan sistem Conventional Prompt Strike (CPS), yang dapat diluncurkan dari kapal dan kapal selam.
Baca Juga: China Luncurkan Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua (ICBM), Begini Respons AS
CPS dijadwalkan untuk digunakan pada kapal perusak kelas Zumwalt pada 2025 dan kapal selam kelas Virginia pada 2028.
Selain itu, Angkatan Udara AS tengah mengembangkan AGM-183 Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW), yang mampu mencapai kecepatan Mach 20 dengan jangkauan 925 km.
Senjata ini akan dipasang pada pesawat pengebom strategis dan pesawat tempur multiperan.
Tujuan pengembangan teknologi ini adalah memberikan kemampuan serangan non-nuklir yang presisi dan cepat, sekaligus menembus sistem pertahanan anti-akses/penolakan area (A2/AD) Rusia.
Ancaman bagi Rusia
Senjata hipersonik AS dirancang untuk menembus dan mengatasi pertahanan rudal Rusia. Dengan lintasan terbang yang tidak terduga dan kecepatan luar biasa, senjata ini sulit dicegat oleh sistem pertahanan Rusia saat ini, sehingga mengancam aset strategis Moskow.
Teknologi ini merupakan langkah signifikan dalam meningkatkan kemampuan serangan global AS.
Untuk menghadapi ancaman senjata hipersonik AS, Rusia mengembangkan sistem pertahanan S-500 dan radar Yenisei.
Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, Valery Gerasimov, mengumumkan pembentukan resimen pertama dengan sistem S-500, yang akan digunakan untuk pertahanan rudal strategis.
Baca Juga: Vladimir Putin Sebut Rusia Siap untuk Duel Rudal dengan AS
S-500 dirancang untuk mengisi celah antara S-400 dan A-135, yang bertugas melindungi wilayah Moskow dari serangan rudal balistik antarbenua (ICBM).