Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Sejumlah mata uang negara berkembang jatuh. Bahkan rupee India longsor ke level terendah sepanjang masa terhadap dollar AS.
Dalam perdagangan Kamis pagi (30/8), rupee merosot ke level terendah yakni 70,82 per dollar AS. Sehari sebelumnya, kurs rupee tercatat sebesar 70,59 per dollar AS.
Pelemahan rupee dalam beberapa hari terakhir akibat tingginya permintaan dollar AS dari para importir di akhir bulan.
Namun ini juga sebagai sinyal bahwa rupee menghadapi tekanan kuat dari global. "Secara global, kurs lira Turki dan yuan offshore China juga di bawah tekanan. Sentimen negatif lainnya adalah rally harga minyak mentah yang secara tidak langsung akan mempengaruhi stabilitas fiskal," kata Sanjiv Bhasin, Executive VP-Markets & Corporate Affairs, India Infoline kepada Times of India.
Namun, Bhasin memperkirakan, rupee tidak akan menembus level psikologis sebesar 71 per dollar AS sebab ada arus masuk dana asing di pasar saham.
Menteri Ekonomi India Subhash Chandra Garg mengharapkan rupee akan stabil dikisaran 68-70 per dollar AS. Rupee telah merosot sekitar 10% di tahun ini dan menjadikannya mata uang berkinerja terburuk di Asia.
Rupee yang melemah mengakibatkan impor, pendidikan luar negeri dan perjalanan ke luar negeri semakin mahal.
Dampak terbesar adalah pada harga bensin dan solar karena India mengimpor hampir 80% dari kebutuhan minyak mentahnya. Harga minyak mentah dunia yang meningkat, juga menjadi pukulan ganda bagi konsumen dan Pemerintah India.
Sementara, mata uang Argentina, peso juga makin jebol. Rabu (29/8), peso ditutup pada rekor rendah yakni 34,10 per dolar AS. Mata uang peso telah anjlok lebih dari 45,3% terhadap dollar AS di tahun ini, dan mendorong intervensi besar-besaran dari bank sentral.
Kemarin, peso jatuh 7% dalam sehari, penurunan harian terbesar sejak mata uang ini dibiarkan mengambang pada Desember 2015.
Mengutip Reuters, peso terjun bebas setelah Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan sedang mempelajari permintaan dari Pemerintah Argentina untuk mempercepat pencairan program pinjaman senilai US$ 50 miliar setelah jatuhnya kepercayaan investor pada pemerintahan Presiden Mauricio Macri.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Pemerintah Argentina berjanji mempercepat rencana untuk mengurangi defisit fiskal.
Tetapi mengingat depresiasi terus-menerus peso, membuat utang Argentina dalam denominasi dollar menjadi lebih mahal untuk dibayar, dan investor semakin khawatir bahwa bantuan IMF mungkin tidak akan cukup.
"Kami telah sepakat dengan IMF untuk memajukan semua dana yang diperlukan untuk menjamin kepatuhan terhadap program keuangan tahun depan," kata Macri dalam sebuah pidato televisi yang dikutip Reuters.