Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Amerika Serikat menggunakan ancaman sanksi sekunder terhadap perusahaan-perusahaan China yang dianggap terlibat dengan Rusia sebagai "dalih" untuk mencoba membendung Beijing.
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Jumat (3/5/2024).
Melansir Reuters, Zakharova menjawab pertanyaan tentang sanksi AS yang dikeluarkan pada hari Rabu terhadap hampir 300 target – termasuk perusahaan China – yang dianggap membantu Moskow untuk menghindari sanksi Barat yang diterapkan.
“Perekonomian China sangat mengganggu AS, sehingga sanksi AS harus dilihat sebagai upaya untuk mempertahankan kepemimpinan ekonominya karena tidak adanya peluang nyata untuk melakukan hal tersebut secara legal,” kata Zakharova dalam konferensi pers mingguan.
“Rusia hanyalah dalih,” tambahnya.
Baca Juga: Mata-Mata Top AS: Perang di Ukraina Tidak Akan Berakhir dalam Waktu Dekat
Sanksi Departemen Keuangan AS yang baru secara khusus menargetkan perusahaan-perusahaan di negara-negara termasuk China, Azerbaijan, Belgia, Turki, dan Uni Emirat Arab yang dituduh memungkinkan Moskow memperoleh teknologi dan peralatan penggunaan ganda dari luar negeri.
Departemen Luar Negeri AS juga menjatuhkan sanksi terhadap empat perusahaan yang berbasis di China yang dituduh mendukung basis industri pertahanan Rusia, termasuk dengan mengirimkan barang-barang penting ke entitas yang berada di bawah sanksi AS di Rusia.
Baca Juga: Biden Sebut Xenofobia Jadi Penyebab Krisis Ekonomi China, Jepang, dan India, Apa Itu?
Ketika dimintai komentar mengenai sanksi AS, Zakharova mengatakan: "Anda tahu, ini adalah perang dagang yang terjadi dengan kecepatan penuh demi redistribusi pasar, agar Amerika Serikat dapat mempertahankan laju pembangunannya sendiri. Kurangnya sumber daya mendorong mereka melakukan tindakan agresif.”