Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menolak usulan yang diajukan oleh sekutu Presiden terpilih Trump untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Hal ini merupakan kemunduran besar bagi presiden AS terpilih yang berkeinginan untuk mengakhiri konflik.
Melansir The Hill, dalam wawancara dengan media pemerintah Rusia TASS, Lavrov mengatakan Moskow belum menerima sinyal resmi apa pun terkait penyelesaian di Ukraina. Akan tetapi, Kremlin menolak gagasan tidak resmi tersebut.
"Tentu saja kami tidak senang dengan usulan yang diajukan oleh anggota tim Trump untuk menunda masuknya Ukraina ke NATO selama 20 tahun dan menempatkan pasukan penjaga perdamaian Inggris dan Eropa di Ukraina," katanya, menanggapi laporan yang bocor tentang usulan Trump.
Lavrov menyerukan perjanjian yang dapat diandalkan dan mengikat secara hukum yang akan menghilangkan akar penyebab konflik dan menyegel mekanisme yang menghalangi kemungkinan pelanggarannya.
Trump belum secara resmi merilis usulan apa pun untuk mengakhiri perang. Dan awal bulan ini ia mengakui bahwa hal itu akan lebih sulit diselesaikan daripada konflik Timur Tengah.
Baca Juga: Kirim Surat ke Putin, Kim Jong Un Berjanji Perkuat Hubungan dengan Rusia
Namun, Trump berkampanye untuk mengakhiri perang saat ia menjabat dan juga mengklaim ia dapat mengakhirinya dalam waktu 24 jam setelah ia menjabat.
Dalam wawancara dengan majalah Time bulan ini, Trump mengatakan ia tidak akan merilis usulannya karena akan menjadi "rencana yang tidak berguna" setelah dipublikasikan.
Namun ia berjanji tidak akan meninggalkan Ukraina di tengah kekhawatiran ia akan menyerahkan wilayah Ukraina timur yang direbut oleh pasukan Rusia dalam perang tersebut tanpa menemukan solusi yang akan melindungi Kyiv.
"Saya ingin mencapai kesepakatan, dan satu-satunya cara untuk mencapai kesepakatan adalah dengan tidak meninggalkannya," kata Trump.
Para penasihatnya, termasuk pensiunan Letnan Jenderal Keith Kellogg, yang ditunjuk Trump sebagai utusan khususnya untuk Ukraina, telah mengusulkan untuk mendorong Ukraina ke meja perundingan dengan mengancam akan menghentikan bantuan dan membuat Presiden Rusia Vladimir Putin bernegosiasi dengan ancaman pasokan senjata.
Baca Juga: Putin Minta Maaf Atas Jatuhnya Pesawat Azerbaijan, Tetapi Salahkan Ukraina