Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Donald Trump sah menjadi Presiden ke-47 Amerika Serikat (AS). Trump, 78 tahun, mengambil sumpah jabatan untuk melestarikan, melindungi, dan mempertahankan Konstitusi AS pada pukul 12:01 siang ET (1701 GMT) di dalam Gedung Capitol AS, yang dipimpin Ketua Mahkamah Agung John Roberts.
Sebelum Trump mengambil sumpah, Wakil Presiden JD Vance lebih dulu dilantik.
Donald Trump berjanji untuk menyelamatkan Amerika dari apa yang dia gambarkan sebagai tahun-tahun pengkhianatan dan kemunduran.
Dalam pidato pelantikannya pada Senin (20/1), Trump memprioritaskan tindakan keras terhadap imigrasi ilegal dan menggambarkan dirinya sebagai juru selamat nasional yang dipilih oleh Tuhan.
"Pertama, saya akan mengumumkan keadaan darurat nasional di perbatasan selatan kita," katanya seperti dikutip Reuters.
"Semua masuk secara ilegal akan segera dihentikan dan kita akan memulai proses pengembalian jutaan dan jutaan imigran kriminal kembali ke tempat asal mereka," kata Trump lagi.
Baca Juga: Trump Akan Umumkan Darurat Energi Nasional, Kata Pejabat Pemerintahan Baru
Pidato tersebut menggemakan banyak tema yang disuarakan Trump pada pelantikan pertamanya tahun 2017 ketika ia berbicara dengan nada muram tentang "pembantaian Amerika" akibat kejahatan dan kehilangan pekerjaan yang menurutnya telah menghancurkan negara.
Trump akan menandatangani serangkaian tindakan eksekutif pada jam-jam pertamanya sebagai presiden, kata pejabat Gedung Putih yang baru pada hari Senin, termasuk 10 tindakan yang difokuskan pada keamanan perbatasan dan imigrasi, prioritas utamanya.
Selain mengumumkan keadaan darurat, presiden akan mengirim pasukan bersenjata ke sana dan melanjutkan kebijakan yang memaksa pencari suaka untuk menunggu di Meksiko hingga jadwal sidang pengadilan AS mereka, kata pejabat kepada wartawan.
Trump juga akan berusaha mengakhiri apa yang disebut kewarganegaraan berdasarkan kelahiran bagi anak-anak kelahiran AS yang orang tuanya tidak memiliki status hukum, sebuah langkah yang menurut beberapa pakar hukum akan inkonstitusional.
Baca Juga: Poin-Poin Rencana Perintah Eksekutif Donald Trump Setelah Pelantikan
Pelantikan tersebut melengkapi kemenangan Trump yang selamat dari dua persidangan pemakzulan, satu hukuman pidana, dua percobaan pembunuhan, dan satu dakwaan karena berusaha membatalkan kekalahannya dalam pemilihan umum 2020.
"Perjalanan untuk merebut kembali republik kita tidaklah mudah, itu yang dapat saya katakan," kata Trump. "Saya diselamatkan oleh Tuhan untuk membuat Amerika hebat lagi."
Mereka yang hadir
Upacara pelantikan Donald Trump dipindahkan ke dalam Gedung Capitol karena cuaca dingin, empat tahun setelah segerombolan pendukung Trump menerobos gedung tersebut, yang merupakan simbol demokrasi Amerika, dalam upaya yang gagal untuk mencegah kekalahan Trump dari Joe Biden, 82 tahun.
Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris yang akan lengser, yang kalah dari Trump pada bulan November, hadir di dalam Rotunda Capitol, bersama dengan mantan Presiden Barack Obama, George W. Bush, dan Bill Clinton.
Mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, yang kalah dari Trump pada tahun 2016, hadir bersama suaminya Bill, tetapi istri Obama, Michelle, memilih untuk tidak hadir.
Banyak eksekutif teknologi yang berusaha mendapatkan dukungan dari pemerintahan yang akan datang - termasuk tiga orang terkaya di dunia, CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk, CEO Amazon Jeff Bezos, dan CEO Meta Mark Zuckerberg - memiliki tempat duduk yang menonjol di panggung, di samping para calon kabinet dan anggota keluarga Trump.
Baca Juga: Bagaimana Donald Trump Telah Mengubah Dunia, Bahkan Sebelum Pelantikannya
Trump, presiden AS pertama sejak abad ke-19 yang memenangkan masa jabatan kedua setelah kehilangan Gedung Putih, mengatakan bahwa ia akan mengampuni "pada Hari Pertama" banyak dari lebih dari 1.500 orang yang didakwa terkait dengan serangan 6 Januari 2021. Ia melewatkan pelantikan Biden dan terus mengklaim secara keliru bahwa pemilihan 2020 yang ia kalahkan dari Biden telah dicurangi.
Biden, dalam salah satu tindakan resmi terakhirnya, mengampuni beberapa orang yang menjadi sasaran pembalasan Trump, termasuk mantan kepala penasihat medis Gedung Putih Anthony Fauci, mantan Perwakilan AS dari Partai Republik Liz Cheney, dan mantan ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley.
Trump akan mengembalikan hukuman mati federal, yang telah ditangguhkan Biden, dan mengharuskan dokumen resmi AS seperti paspor mencerminkan jenis kelamin warga negara sebagaimana ditetapkan saat lahir, kata pejabat pemerintahan yang baru kepada wartawan.
Trump juga akan menandatangani perintah yang mengakhiri inisiatif keberagaman, kesetaraan, dan inklusi di pemerintah federal pada hari Senin, yang juga merupakan Hari Martin Luther King Jr., hari libur nasional untuk mengenang pemimpin hak-hak sipil paling terkenal di Amerika.
Namun Trump tidak akan segera mengenakan tarif baru pada hari Senin. Sebaliknya mengarahkan lembaga-lembaga federal untuk mengevaluasi hubungan perdagangan dengan Kanada, Tiongkok, dan Meksiko, kata seorang pejabat Trump, sebuah perkembangan tak terduga yang memicu penurunan besar dalam dolar AS dan reli dalam saham global.
Baca Juga: Bocoran Pidato Pelantikan Donald Trump: Akan Serukan Revolusi Akal Sehat