Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Saham perusahaan produsen minuman beralkohol di Eropa dan Amerika Serikat (AS) anjlok pada Jumat (3/1).
Setelah Surgeon General AS menyerukan pemberian peringatan kanker pada label minuman beralkohol.
Dalam sebuah rekomendasi, Surgeon General AS Vivek Murthy menyatakan bahwa konsumsi minuman beralkohol meningkatkan risiko kanker, termasuk kanker payudara, usus besar, dan hati.
Baca Juga: Wall St Dibuka Naik Jumat (3/1), S&P 500 Berupaya Akhiri Penurunan 5 Hari Beruntun
"Untuk beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara, mulut, dan tenggorokan, bukti menunjukkan bahwa risiko berkembangnya kanker dapat meningkat bahkan pada tingkat konsumsi satu minuman atau kurang per hari," demikian isi rekomendasi tersebut.
Dampak pada Saham
Saham perusahaan induk Jack Daniel's, Brown-Forman, turun hampir 3% menjadi US$37,10 pada awal perdagangan di AS, mencapai titik terendah sejak April 2017.
Sementara itu, produsen bir Coors Light, Molson Coors, merosot 4%.
Saham Constellation Brands, pembuat bir Corona, turun 1,3%. Sementara saham Boston Beer anjlok hampir 6%, penurunan terbesar sejak Februari tahun lalu.
Di Eropa, saham Diageo, produsen minuman keras terbesar di dunia, turun sekitar 3% ke level terendah sejak pertengahan Desember pada pukul 13:52 GMT, setelah sebelumnya sempat turun hingga 4,1%.
Baca Juga: Seruan Dokter AS akan Perlunya Peringatan Risiko Kanker pada Minuman Beralkohol
Saham pembuat minuman keras asal Prancis, Pernod Ricard, yang memproduksi cognac Martell, sampanye Mumm, dan vodka Absolut, turun sekitar 3,2%.
Rekannya, Remy Cointreau, serta grup minuman keras Italia, Campari, keduanya turun sekitar 3,8%.
Produsen bir juga terkena dampak, dengan saham Anheuser-Busch InBev, produsen Budweiser, turun sekitar 2%, sementara saham Heineken dan Carlsberg turun antara 1% hingga 1,5%.
Langkah untuk menambahkan peringatan kanker pada label minuman alkohol menimbulkan kekhawatiran investor terhadap potensi dampak regulasi yang lebih ketat di sektor ini.
Penurunan ini juga mencerminkan sensitivitas pasar terhadap isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi permintaan dan reputasi merek.