Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham DaVita Inc. (NYSE: DVA) mengalami penurunan tajam sebesar 11% pada 14 Februari 2025, setelah penyedia layanan dialisis ini mengumumkan proyeksi pendapatan yang lebih lemah dari ekspektasi.
Tekanan utama berasal dari meningkatnya biaya perawatan pasien, kendala pasokan, dan penutupan pusat dialisis yang berkelanjutan.
Penurunan harga saham semakin diperburuk oleh keputusan Berkshire Hathaway yang dipimpin oleh Warren Buffett mengurangi kepemilikan sahamnya di DaVita sebagai bagian dari perjanjian pembelian kembali saham yang telah direncanakan sebelumnya.
Pada akhir perdagangan 14 Februari, saham DaVita ditutup pada level US$157,42, menyesuaikan kenaikan tahunannya (year-to-date/YTD) menjadi 27%.
Baca Juga: Warren Buffett Semakin Sering Menjual Saham, Ada yang Terjadi?
Kinerja Keuangan Kuartal IV yang Solid, Namun Prospek 2025 Mengecewakan
Meskipun DaVita berhasil melaporkan kinerja keuangan kuartal IV 2024 yang melampaui ekspektasi, panduan keuangan untuk 2025 yang lebih lemah menyebabkan kekhawatiran investor.
Pada kuartal IV, perusahaan melaporkan laba per saham (EPS) yang disesuaikan sebesar US$2,24, lebih tinggi dari perkiraan Wall Street sebesar US$2,13. Pendapatan juga mencapai US$3,3 miliar, melampaui estimasi analis.
Namun, proyeksi laba per saham (EPS) DaVita untuk tahun 2025 berkisar antara US$10,20 hingga US$11,30, dengan titik tengah yang lebih rendah dibandingkan estimasi konsensus sebesar US$11,24.
Faktor utama yang membebani panduan keuangan ini meliputi:
- Meningkatnya biaya perawatan pasien, yang terus menekan margin keuntungan perusahaan.
- Kendala pasokan, terutama dalam solusi dialisis peritoneal (PD), yang menghambat pertumbuhan pasien baru.
- Penutupan pusat dialisis, yang mengakibatkan kerugian sebesar US$24,2 juta hanya dalam kuartal IV 2024.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi DaVita adalah gangguan pasokan solusi PD akibat penutupan sementara fasilitas North Cove milik Baxter karena Badai Helene. Dampaknya, perusahaan kehilangan sekitar 350 pasien baru yang seharusnya memulai terapi dialisis, yang diperkirakan akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan volume pasien pada 2025.
“Namun, ketidakmampuan kami untuk memulai terapi bagi pasien baru dengan PD menyebabkan penurunan jumlah pasien baru pada kuartal keempat, yang akan berdampak negatif pada pertumbuhan volume di 2025.” ujar Javier J. Rodriguez, Chief Executive Officer dan Direktur DaVita
Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Potensi Krisis Ekonomi Besar dan PHK Massal
Berkshire Hathaway Kurangi Kepemilikan di DaVita
Selain tekanan dari prospek keuangan yang lemah, penjualan saham oleh Berkshire Hathaway juga berkontribusi pada sentimen negatif di pasar.
Pada 11 Februari 2025, Berkshire Hathaway mengungkapkan dalam pengajuan regulasi bahwa mereka telah menjual 203.091 saham DaVita senilai US$31,7 juta. Penjualan ini mengurangi kepemilikan Berkshire di DaVita menjadi 45%, sesuai dengan perjanjian pembelian kembali saham yang telah disepakati sebelumnya.
Meskipun langkah ini tidak secara langsung mengindikasikan sentimen bearish, waktunya yang berdekatan dengan pengumuman panduan keuangan yang lebih lemah meningkatkan ketidakpastian di pasar.
Namun, Berkshire Hathaway tetap menjadi pemegang saham terbesar DaVita, dengan kepemilikan 35,9 juta saham, yang bernilai sekitar US$6,4 miliar. Buffett pertama kali berinvestasi di DaVita pada 2011, dan hingga kini saham tersebut masih menjadi salah satu dari 10 investasi ekuitas terbesar dalam portofolio Berkshire Hathaway.