kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.349   24,00   0,15%
  • IDX 7.641   97,06   1,29%
  • KOMPAS100 1.055   8,01   0,76%
  • LQ45 800   5,89   0,74%
  • ISSI 253   1,60   0,63%
  • IDX30 414   3,59   0,87%
  • IDXHIDIV20 477   4,36   0,92%
  • IDX80 119   1,03   0,87%
  • IDXV30 122   1,13   0,93%
  • IDXQ30 132   0,89   0,68%

Salah Kaprah, Ini 6 Barang yang Sering Menyamar sebagai Aset padahal Bukan


Senin, 28 Juli 2025 / 04:36 WIB
Salah Kaprah, Ini 6 Barang yang Sering Menyamar sebagai Aset padahal Bukan
ILUSTRASI. Beberapa barang yang dibeli sering kali menyamar sebagai aset, padahal bukan. Alhasil, hal itu bisa mengurangi kekayaan bersih yang dimiliki. REUTERS/Yuriko Nakao


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Dalam mengejar keamanan finansial, banyak individu kelas menengah berinvestasi pada barang-barang yang mereka yakini akan membangun kekayaan. 

Namun, beberapa barang yang dibeli sehari-hari sering kali menyamar sebagai asset, padahal bukan. Alhasil, hal tersebut bisa mengurangi kekayaan bersih yang dimiliki. 

Melansir New Trader U, berikut enam hal atau barang yang sering disalahartikan sebagai alat untuk membangun kekayaan oleh kelas menengah:

1. Kendaraan yang Terdepresiasi

Kendaraan baru merupakan salah satu pembelian yang paling cepat terdepresiasi yang dilakukan oleh keluarga kelas menengah. Mobil baru pada umumnya kehilangan sekitar 20-30% dari nilainya dalam tahun pertama dan sekitar 60% dalam lima tahun. 

Kendaraan mewah terdepresiasi lebih cepat karena biaya perawatan yang lebih tinggi dan pergantian model yang cepat.

Di luar depresiasi, total biaya kepemilikan mencakup pembayaran bunga, premi asuransi, perawatan, perbaikan, bahan bakar, dan pajak. Kendaraan seharga US$ 40.000 yang dibiayai selama lima tahun pada akhirnya dapat berharga lebih dari US$ 50.000 jika biaya-biaya ini disertakan.

Meskipun transportasi yang andal tetap penting bagi sebagian besar rumah tangga, membeli kendaraan bekas dengan harga sedang dengan catatan keandalan yang terbukti, sering kali merupakan keputusan yang lebih baik secara finansial.

Baca Juga: Kabar Baik Bagi Kelas Menengah, Ini Cara Naik Kelas ala Warren Buffett

2. Perjudian Gelar Lanjutan

Pendidikan tinggi sering kali dipromosikan sebagai investasi. Tetapi kini kondisinya adalah biaya kuliah semakin meningkat, sehingga keuntungan finansial bervariasi secara dramatis di berbagai bidang. 

Federal Reserve Bank of New York menunjukkan bahwa, rata-rata, lulusan perguruan tinggi memperoleh penghasilan yang jauh lebih banyak daripada mereka yang hanya memiliki ijazah sekolah menengah atas.

Misalnya, data terbaru menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi biasanya memperoleh sekitar US$ 24.000 lebih banyak per tahun daripada rekan-rekan mereka yang berpendidikan sekolah menengah atas di awal usia dua puluhan. 

Namun, tidak semua gelar lanjutan menghasilkan peningkatan pendapatan yang proporsional, karena beberapa bidang mungkin tidak menawarkan tingkat pengembalian finansial yang sama dengan yang lain.

Baca Juga: 5 Aturan Jadi Kaya dari Warren Buffett yang Diabaikan Kelas Menengah

Persamaan investasi sekolah pascasarjana harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

  • Biaya langsung (uang kuliah, buku, biaya)
  • Biaya peluang (pendapatan yang hilang selama belajar)
  • Layanan utang (pembayaran pinjaman mahasiswa, termasuk bunga)
  • Potensi penghasilan bidang karier

Bidang STEM, bisnis, dan perawatan kesehatan biasanya menunjukkan pengembalian finansial yang lebih substansial daripada gelar humaniora atau seni. Calon mahasiswa harus meneliti gaji tipikal di bidang yang dituju dan menghitung biaya aktual gelar mereka sebelum mendaftar.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×