Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Dalam perkembangan besar, analisis citra satelit telah mengungkapkan bahwa China sedang mengembangkan fasilitas penelitian fusi laser di Mianyang. Ini merupakan sebuah kota di wilayah barat daya negara tersebut.
Mengutip Interesting Engineering, skala fasilitas ini sekitar 50% lebih besar dari Fasilitas Pengapian Nasional (NIF) AS, yang saat ini merupakan fasilitas fusi kurungan inersia terbesar di dunia.
Menurut para ahli, perkembangan ini dapat memiliki implikasi besar bagi penelitian senjata nuklir dan produksi energi bersih.
Foto satelit menunjukkan empat "lengan" terluar yang akan menampung ruang laser, dan ruang eksperimen pusat yang akan menampung ruang target yang berisi isotop hidrogen yang akan difusikan oleh laser yang kuat sehingga mampu menghasilkan energi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Decker Eveleth, seorang peneliti di organisasi penelitian independen yang berbasis di AS CNA Corp, seperti dilansir Reuters.
Baca Juga: Rusia Belajar dari Tiongkok: China Bangun Angkatan Laut untuk Saingi AS di 2049
Menggunakan laser berdaya tinggi untuk penelitian nuklir
Fusi laser juga disebut fusi kurungan inersia. Proses ini menggunakan laser berdaya tinggi untuk menghasilkan panas dan kompresi ekstrem pada target yang mengandung isotop hidrogen.
Proses ini menghasilkan reaksi fusi skala mikro, yang meniru produksi energi matahari dan bintang-bintang lainnya. Proses ini dianggap sebagai "cawan suci" energi bersih dan berlimpah.
Tidak seperti bahan bakar fosil tradisional, proses ini menjanjikan solusi untuk permintaan energi global yang meningkat tanpa dampak lingkungan yang merugikan.
Penelitian yang berhasil di fasilitas ini dapat memberikan dorongan besar bagi sektor energi.
Dapat meningkatkan senjata nuklir
Namun, perkembangan terbaru ini juga memiliki beberapa aplikasi militer potensial dengan menyediakan data yang berharga.
Fasilitas tersebut dapat mengarah pada penyempurnaan desain senjata nuklir yang ada dan eksplorasi yang baru tanpa melakukan uji coba nuklir yang sebenarnya.
Baca Juga: Kabar Gembira! Rusia Temukan Vaksin Kanker Berbasis mRNA, Siap Digunakan Akhir 2025
Perkembangan ini bahkan lebih signifikan mengingat larangan uji coba nuklir yang sebenarnya berdasarkan Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif.
Fasilitas tersebut dapat memungkinkan Tiongkok untuk meningkatkan desain senjata nuklirnya. Sebagai konteks, baik Tiongkok maupun Amerika Serikat merupakan penanda tangan perjanjian ini.
Perkembangan ini bertepatan dengan pengamatan sebelumnya tentang perluasan kemampuan nuklir Tiongkok.
Fasilitas fusi laser baru tersebut tampaknya berlokasi di lokasi yang sama yang diidentifikasi pada tahun 2020, ketika pemerintah AS merilis citra satelit yang menyoroti pertumbuhan fasilitas pendukung senjata nuklir di Mianyang.
Perlombaan fusi global
Meskipun tidak ada pernyataan resmi mengenai apakah fasilitas tersebut ditujukan untuk energi bersih atau keperluan militer, fasilitas penelitian fusi terbaru di Tiongkok sejalan dengan meningkatnya minat global terhadap teknologi ini dan potensinya.
Sementara itu, penelitian fusi di Tiongkok telah mengukir sejarah.
Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) milik negara tersebut, yang juga disebut sebagai 'matahari buatan', telah mencetak rekor dalam proses fusi.
Fasilitas tersebut telah mencapai tonggak sejarah operasi selama 1.006 detik untuk suhu plasma berkelanjutan di atas 180 juta derajat Fahrenheit (100 juta derajat Celsius).
Tonton: Thailand Targetkan Jalur Kereta Api Cepat ke China Bisa Beroperasi Mulai 2030
Namun, Tiongkok bukan satu-satunya negara yang telah membuat kemajuan. Baru-baru ini, para ilmuwan di Laboratorium Nasional Lawrence Livermore (LLNL) AS menciptakan sumber sinar-X paling terang di dunia untuk memajukan penelitian energi fusi.