Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - CALIFORNIA. Konglomerat otomotif Elon Musk, secara mengejutkan mengumumkan rencananya menarik Tesla Inc dari bursa saham Amerika Serikat. Pasar bertanya-tanya, siapa yang mau menopang Musk membeli kembali saham dari pemegang saham publik saat ini?
Seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (13/8), dengan kepemilikan Musk sebesar 20% di perusahaan otomotif ini, Tesla membutuhkan US$ 60 miliar untuk membeli sahamnya kembali.
Pekan lalu, ketika mengungkapkan niatnya menjadikan Tesla sebagai perusahaan tertutup, Musk menyebut lewat akun Twitternya, akan membeli kepemilikan dari publik senilai US$ 420. Pendanaan aman.
Seorang sumber pada Bloomberg menyebut, Public Investment Fund Arab Saudi berniat membeli potongan besar saham Tesla. Saat ini, tangan investasi Kerajaan Saudi ini sudah menggenggam saham Tesla 5%.
Namun, dari ungkapan Musk sebelumnya, dia berharap, saham Tesla tetap digenggam banyak pihak, tak hanya dua-tiga investor yang meraup sebagian besar kepemilikan.
Sumber lain menyebutkan, regulator bursa AS, U.S. Securities and Exchange Commission tengah mempelajari isi Twitter Musk, taipan dengan kekayaan US$ 24,9 miliar tersebut.
Public Investment Fund tidak merespons kabar yang didapatkan Bloomberg. Sedangkan Tesla enggan berkomentar. Saham Tesla di bursa Nasdaq AS pada Jumat lalu ditutup naik 0,68% menjadi US$ 355,49
Nannan Kou, senior associate Bloomberg NEF in Beijing menilai, tidak mudah Tesla mencari pendanaan. Tesla belum meyakinkan pasar bisa melejitkan penjualan mobil-mobil listrik premiumnya. "Investor Tesla harus bersabar dan berorientasi strategis," katanya, seperti dikutip Bloomberg.
Salah satu buktinya, SoftBank yang pernah melakukan pembicaraan dengan Tesla, akhirnya mengurungkan niatnya menyuntikkan dana.
Sumber Bloomberg yang lain menyebutkan, SoftBank tak tertarik membiayai rencana Musk menjadikan Tesla perusahaan publik. Apalagi, katanya, SoftBank sudah menanamkan dana US$ 2,25 miliar di General Motors Co, selain telah menyuntik uang di DiDi Chuxing Inc, Uber Technologies Inc, dan Grab Singapura.
Namun, jurubicara SoftBank enggan berkomentar atas kabar ini.