kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sebagian warga Pakistan abaikan larangan berkerumun dan tetap beribadah berjamaah


Senin, 13 April 2020 / 18:07 WIB
Sebagian warga Pakistan abaikan larangan berkerumun dan tetap beribadah berjamaah


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - ISLAMABAD. Kebijakan pemerintah melarang adanya kegiatan keagamaan di Masjid di Pakistan untuk mencegah penyebaran wabah virus corona atau covid-19 mendapat penolakan sebagian warga.

Sebagian warga Pakistan masih saja melaksanakan ibadah mereka di masjid di pusat Kota Multan di Pakistan. Jumlah yang menghadiri ibadah ini kerap lebih dari 12 orang dan tanpa mengenakan masker pelindung wajah.

Mengutip Reuters, Senin (13/4), Durrani, 52 tahun, merupakan salah satu di antara ribuan warga Pakistan yang mengaku tidak menaati larangan pemerintah Pakistan yang dikeluarkan bulan lalu tersebut.

Baca Juga: Lebih banyak pria meninggal karena Covid-19 ketimbang wanita, begini penjelasannya!

Ia mengatakan, pemimpin mereka mengatakan bahwa virus tidak dapat menginfeksi mereka seperti orang-orang barat.

“Dia mengatakan kita mencuci tangan dan mencuci muka lima kali sehari sebelum kita berdoa, dan orang-orang barat tidak melakukannya, jadi kita tidak perlu khawatir. Tuhan bersama kita," ujarnya.

Sejauh ini, virus corona telah menginfeksi lebih dari 5.300 orang dan membunuh 93 lainnya di Pakistan.

Lobi Islam memiliki pengaruh besar di Pakistan, negara dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang.  Memang partai-partai beraliran agama belum berhasil merebut posisi strategis di politik Pakistan, namun mereka dapat menyiapkan massa dalam jumlah besar.

Baca Juga: Bank Dunia ramal kemerosotan ekonomi terburuk di Asia Selatan dalam 40 tahun

"Agama dan doa adalah masalah emosional bagi banyak orang di Pakistan, dan pemerintah harus peka terhadap itu," Mirza Shahzad Akbar, asisten khusus untuk Perdana Menteri Imran Khan, mengatakan kepada Reuters.

Lebih dari 60% kasus virus corona di Pakistan sejauh ini dikaitkan dengan mereka yang kembali dari berziarah di Timur Tengah dan pengikut Jamaah Tabligh, kelompok dakwah ortodoks.

Tetapi hal yang mengkhawatirkan adalah adalah lonjakan besar virus corona justru berasal dari sholat berjamaah yang diadakan di masjid-masjid, terutama pada hari Jumat.

Jumlah yang hadir dalam sholat cenderung meningkat dengan dimulainya bulan suci Ramadhan dalam dua minggu, dan pihak berwenang berjuang untuk mengatasinya.

Sementara Dewan Ideologi Islam, sebuah badan yang memberi nasihat kepada pemerintah tentang masalah agama, telah meminta ulama dan masyarakat untuk bekerja sama dengan langkah-langkah pemerintah, beberapa imam dan pemimpin lokal menentang larangan itu.

Baca Juga: Bank Dunia prediksi ekonomi Asia Selatan hanya tumbuh 1,8% hingga 2,8% di 2020

Seorang pemimpin terkemuka dari sebuah pesta keagamaan mengatakan kepada kerumunan ratusan orang yang berkumpul untuk pemakaman minggu lalu bahwa perintah pemerintah untuk membatasi sidang tidak dapat diterima.

"Jika Anda melakukan ini, kami akan dipaksa untuk berpikir bahwa masjid sedang sepi atas instruksi Amerika," kata Mufti Kafayatullah kepada kerumunan. "Kami siap memberikan hidup kami, tetapi tidak siap untuk meninggalkan masjid kami," ujarnya.




TERBARU

[X]
×