Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tri Adi
Bisnis Lee Sang-Hyuk sedang memasuki fase krisis. Perusahaan ini mengalami kerugian. Bahkan disebut-sebut di ambang kehancuran. Pengamat menilai, Lee terlalu banyak mengambil startup yang sebenarnya industrinya tidak berkaitan sama sekali. Bukan cuma itu, Lee juga harus mendapatkan gugatan hukum dari mitra perusahaan dan investor. Namun dari catatan terakhir, Lee menyebut kalau gugatan hukum dari para mitra dan investornya sudah berakhir damai.
MESKI menyandang sebagai miliarder, Lee Sang-Hyuk ternyata mempunyai segudang masalah. Pengamat industri di Korea Selatan menyebut, bisnis Yello Mobile milik Lee sedang berada dalam titik krisis.
Yello Mobile tercatat sebagai unicorn terbesar nomor dua di Korea Selatan. Yello Mobile kini memiliki valuasi pasar US$ 4 miliar. Namun pengamat menilai ketidakmampuan Lee mengambil risiko membuat Yello Mobile di ujung tanduk.
Merunut ke belakang. Yello Mobile memulai bisnisnya sebagai perusahaan pemasaran di tahun 2012. Modal pendirian perusahaan ini juga kini, hanya 50 juta won atau US$ 44.700. Setelah beberapa kali mengambil alih startup, melalui akuisisi stock-swap, Yello menjadi raksasa bisnis yang menaungi 94 start up.
Pendapatan Yello Mobile juga melonjak dari 68 juta won pada 2012 menjadi 527 miliar won pada 2017. Namun perusahaan ini mencatat kerugian operasional selama beberapa tahun berturut-turut. Bahkan menjadi lebih parah pada 2017, dengan laba operasi berdiri di hanya 18,9 miliar won.
Pengamat industri di Korea Selatan melihat, penyebab kerugian itu karena Lee terlalu banyak mengambil startup yang industrinya tidak berkaitan satu dengan yang lainnya. Lee seolah-olah hanya fokus mengembangkan ukuran bisnis Yello Mobile. Hal ini bisa merusak fondasi perusahaan.
Dorongan berlebihan dengan akuisisi banyak perusahaan justru mengikis nilai perusahaan. "Di bawah lengan Yello Mobile, startup yang berbeda jarang mencapai sinergi yang dijanjikan oleh Lee," kata seorang pengamat seperti dikutip The Investor.
Selain sedang berjuang mengembalikan kejayaan perusahaannya, Lee dan Yello Mobile juga tersandung gugatan hukum dari beberapa mitranya. Misalnya, Lee digugat oleh afiliasi perusahaan Cryptocurrency Coinone. Pada Juli 2018, afiliasi tersebut menuntut Yello Mobile lantaran gagal membayar pinjaman senilai 27 miliar won.
Lee juga mendapatkan serangan hukum dari mitra lama Yello Mobile yakni DS Asset Management dan AlpenRoute Asset Management di tahun 2018.
DS Asset Management yang menginvestasikan 10 miliar won di Yello Mobile pada tahun 2013, menuntut pembayaran kembali 10,4 miliar won. Sedangkan AlpenRoute meminta 16,9 miliar won.
Kedua perusahaan mitra ini adalah pemangku kepentingan di Daily Financial Group, yang menjalankan sebagian besar perusahaan di bidang teknologi keuangan termasuk Coinone.
Semua tuntutan hukum ini sedang diperjuangkan oleh pria berumur 40 tahun ini. Dalam laporan keuangan Yello Mobile kuartal pertama tahun ini, Lee mengumumkan kalau mereka telah mengakhiri perselisihan hukum dengan mitra utamanya dan siap untuk tinggal landas.
Misalnya untuk tuntutan hukum yang diajukan oleh mitra utamanya, termasuk Alpen-Route Asset Management dan Coinone juga sudah berakhir damai.
Perusahaan kini mengaku akan menyelesaikan semua perselisihan hukum dan konflik dengan para pemangku kepentingan utama dalam paruh pertama tahun ini.
Saat konflik dengan investor dan perusahaan mitra sedang diselesaikan, Yello Mobile sekarang berencana untuk memperkuat hubungan dengan mitra utamanya dan menghapus kekhawatiran tentang masa depan perusahaan.
"Berdasarkan kerja sama yang solid kami dengan berbagai pemangku kepentingan, kami akan melompat maju sebagai perusahaan terkemuka di era Revolusi Industri Keempat." ujar Lee yang masuk dalam jajaran miliarder terbesar di Korea Selatan penuh keyakinan seperti dikutip Businesskorea.
(Selesai)