Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dikatakan juga bahwa, menurut sebuah perusahaan keamanan siber, sebuah kelompok terkait Korea Utara yang dikenal sebagai HOlyGhOst telah "memeras uang tebusan dari perusahaan kecil dan menengah di beberapa negara dengan mendistribusikan ransomware dalam kampanye yang tersebar luas dan bermotivasi finansial."
Pada tahun 2019, pemantau sanksi PBB melaporkan bahwa Korea Utara telah menghasilkan dana sekitar US$ 2 miliar selama beberapa tahun dengan menggunakan serangan siber yang meluas dan semakin canggih. Dana tersebut ditujukan untuk program senjata pemusnah massal.
Dalam laporan tahunan terbaru mereka, pemantau juga mengatakan Pyongyang terus memproduksi bahan fisil nuklir di fasilitasnya dan meluncurkan setidaknya 73 rudal balistik, termasuk delapan rudal balistik antarbenua tahun lalu.
Amerika Serikat telah lama memperingatkan bahwa Korea Utara siap melakukan uji coba nuklir ketujuh.
Baca Juga: Gedung Putih: AS Tidak Berniat Bermusuhan dengan Korea Utara
Korea Utara telah lama dilarang melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik oleh Dewan Keamanan PBB. Sejak tahun 2006, Pyongyang telah mendapatkan sanksi PBB untuk menargetkan program rudal nuklir dan balistik Pyongyang.
Tetapi, menurut para pemantau, Korea Utara terus mengimpor minyak sulingan dan ekspor batu bara secara ilegal serta menghindari sanksi.