Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
CARACAS. Utang Venezuela kian menumpuk. Per Senin (7/8), nilai utang negara ini mencapai US$ 251 juta kepada pemegang saham.
Pembayaran ini segera harus dilakukan setelah pada pekan lalu Venezuela mengalami banyak hal penting. Sebut saja: Jaksa Agung diturunkan dari jabatannya, dan sebagai gantinya, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menunjuk pihak-pihak yang menjadi tangan kanannya. Tak hanya itu, pihak militer mengalami bentrokan dengan para pengunjuk rasa.
Para pengamat menilai, Venezuela akan melakukan pembayaran kepada pemegang obligasi. Hanya saja, negara ini memiliki utang jatuh tempo lainnya dalam waktu dekat. Kemungkinan Venezuela mengalami gagal bayar alias default sangat besar jika perekonomian negara ini belum juga membaik dan Amerika Serikat memberlakukan sanksi baru terhadap Venezuela,
"Negara ini (Venezuela) sudah hancur dan gagal bayar sudah di depan mata. Sanksi atas minyak kemungkinan akan segera diberlakukan sehingga mempercepat terjadinya default," papar Siobhan Morden, pengamat obligasi Amerika Latin di Nomura Holdings.
Seperti yang diketahui, pemerintahan Donald Trump memberlakukan sanksi terhadap Presiden Maduro menyusul klaim kemenangannya pada voting yang berlangsung 30 Juli lalu.
Mayoritas negara di dunia menyangkal hasil voting tersebut dan mengatakan Mahkamah Konstitusi yang baru menandakan era kepemimpinan diktator.
Selain itu, pemerintah AS menegaskan akan menerapkan sanksi tambahan jika situasi politik terus memburuk. Pemecatan Jaksa Agung Luisa Ortega, bersamaan dengan taktik politik yang penuh dengan tekanana terhadap aksi demonstrasi, membuktikan bahwa pemerintah Venezuela saat ini melakukan hal yang bertentangan dengan permintaan komunitas internasional dalam hal demokrasi.
Senjata terbesar Trump pun digadang-gadang akan dikeluarkan. Yakni pelarangan atas minyak Venezuela. Ini merupakan satu-satunya sumber pemasukan bagi Venezuela. Dana tunai yang dimiliki Venezuela bisa langsung mengering jika mereka tidak bisa menjual minyak ke AS, konsumen utama minyak mereka.
Namun sanksi ini bak pedang bermata dua. Sanksi bisa kian membuat kekurangan pangan dan obat-obatan Venezuela semakin memburuk dari yang sudah buruk saat ini. Di sisi lain, sanksi ini bisa memperbesar dukungan terhadap Maduro.
"AS sejauh ini masih menahan diri mengambil kebijakan yang akan memperburuk industri minyak Venezuela. Jika hal itu dilakukan, maka kondisi itu akan mempercepat skenario default," papar Win Thin, head of emerging market currency strategy Brown Brothers Harriman.
Di tengah sanksi AS kepada Venezuela, perekonomian negara ini semakin tidak terkontrol. Nilai tukar tidak resmi yang digunakan mayoritas warga Venezuela naik dua kali lipat sejak akhir Juli. Sedangkan tingkat inflasi, menurut IMF, diprediksi akan melejit hingga 720% tahun ini dan melampaui 2.000% tahun depan.