Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberanian mengambil risiko menjadi kunci sukses Selin Kocalar, perempuan 21 tahun yang memutuskan keluar dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan kini memimpin bisnis rintisan bernilai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,8 triliun.
Kocalar adalah salah satu pendiri sekaligus Chief Operating Officer (COO) Delve, perusahaan teknologi yang mengembangkan agen AI untuk mengotomatiskan proses kepatuhan regulasi sehingga memangkas jam kerja manual dalam industri kesehatan dan sektor lainnya.
Ia mendirikan Delve pada 2021 bersama rekannya, Karun Kaushik, ketika keduanya masih menjadi mahasiswa baru di MIT. Startup itu dikembangkan dari kamar asrama kampus sebelum akhirnya tumbuh pesat dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Drop Out Kuliah, Gen Z Ini Raup Rp 1,6 Miliar Setahun dari Bengkel Mesin Pesawat
Dalam sebuah wawancara santai bersama vlogger Viraj Ala, Kocalar membagikan pandangan yang menurutnya penting bagi para calon pendiri usaha. Ia menilai, saran bahwa kerja keras pasti membawa kesuksesan adalah nasihat terburuk yang pernah ia dengar.
“Kerja keras saja tidak menjamin apa-apa,” ujarnya seperit dilansir dari Mint, Minggu (28/12/2025).
Ia menggambarkan hidup seperti memanjat pohon. “Kalau kamu menyandarkan tangga ke pohon yang salah, kamu bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya untuk sadar bahwa ada pohon yang lebih tinggi,” katanya.
Menurut Kocalar, menentukan arah dan strategi sejak awal jauh lebih penting daripada hanya mengandalkan ketekunan. Ia juga mendorong generasi muda untuk berpikir jauh ke depan.
Baca Juga: Replit Melejit! Startup AI Tembus Valuasi US$3 Miliar
“Bayangkan kamu penjelajah waktu. Kamu sudah sukses 5, 10, atau 50 tahun lagi. Lihat ke belakang dan tanyakan: bagaimana seharusnya aku bertindak hari ini?” ucapnya.
Selain itu, ia percaya bahwa berani mengambil jalur berbeda akan membantu seseorang berkembang. Ia mencontohkan pengalamannya saat memilih bahasa asing untuk dipelajari.
“Semua orang pilih bahasa Spanyol, jadi saya pilih Mandarin hanya untuk tantangan,” katanya sambil menegaskan bahwa keluar dari zona nyaman adalah bagian penting dari proses belajar.
Sebelum merintis Delve, Kocalar telah mendalami dunia riset. Ia mengaku memiliki delapan publikasi ilmiah sebelum berusia 20 tahun, bahkan sempat menjalankan eksperimen yang dikirim ke International Space Station dan berinteraksi langsung dengan astronaut saat masih di bangku sekolah.
Baca Juga: Lonjakan Pendanaan dan Valuasi Tinggi Startup AI Picu Kekhawatiran Bubble
Delve sendiri pada awal tahun ini mengumumkan pendanaan awal (seed round) sebesar US$ 3 juta. Keberhasilan tersebut menambah panjang daftar inovator muda yang berani meninggalkan bangku kuliah demi mengembangkan teknologi masa depan.













