kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.235.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.580   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.118   47,22   0,59%
  • KOMPAS100 1.119   4,03   0,36%
  • LQ45 785   1,90   0,24%
  • ISSI 286   2,08   0,73%
  • IDX30 412   0,93   0,23%
  • IDXHIDIV20 467   0,39   0,08%
  • IDX80 123   0,45   0,36%
  • IDXV30 133   0,76   0,57%
  • IDXQ30 130   0,07   0,05%

Lonjakan Pendanaan dan Valuasi Tinggi Startup AI Picu Kekhawatiran Bubble


Jumat, 03 Oktober 2025 / 15:39 WIB
Lonjakan Pendanaan dan Valuasi Tinggi Startup AI Picu Kekhawatiran Bubble
ILUSTRASI. Ilustrasi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Startup kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menarik investasi dari modal ventura hingga memecahkan rekor.


Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Startup kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menarik investasi dari modal ventura hingga memecahkan rekor. Beberapa investor terbesar dunia memperingatkan bahwa valuasi tahap awal mulai terlihat terlalu tinggi.

"Ada sedikit gelembung hype yang terjadi di ruang ventura tahap awal," kata Bryan Yeo, kepala investasi grup di dana kekayaan negara Singapura GIC, sebagai bagian dari diskusi panel di Milken Institute Asia Summit 2025 di Singapura,seperti dilansir Reuters, Jumat (3/10/2025).

Yeo mengatakan, setiap startup dengan label AI akan dinilai sangat tinggi dengan kelipatan yang sangat besar dari pendapatan yang masih kecil.

"Itu mungkin adil untuk beberapa perusahaan dan mungkin tidak untuk yang lain," ujarnya.

Baca Juga: Nvidia Siapkan Investasi US$100 Miliar untuk OpenAI, Dorong Dominasi AI Global

Pada kuartal pertama tahun 2025, startup AI mengumpulkan pendanaan US$ 73,1 miliar secara global, menyumbang 57,9% dari seluruh pendanaan modal ventura, menurut PitchBook.

Lonjakan ini didorong putaran pendanaan seperti penggalangan dana OpenAI sebesar US$ 40 miliar, karena para investor berlomba-lomba untuk menangkap gelombang AI.

"Ekspektasi pasar bisa jauh melampaui apa yang dapat dihasilkan oleh teknologi ini," kata Yeo. "Kita melihat lonjakan belanja modal AI yang besar saat ini. Hal ini menutupi beberapa potensi kelemahan yang mungkin terjadi dalam perekonomian."

Todd Sisitsky, presiden manajer aset alternatif TPG, mengatakan rasa takut ketinggalan (fear of missing out) berbahaya bagi investor. Meskipun, kata dia, terdapat perbedaan pandangan mengenai apakah sektor AI telah membentuk gelembung (bubble).

Beberapa perusahaan AI mencapai pendapatan US$ 100 juta dalam beberapa bulan. Sementara perusahaan lain dalam usaha tahap awal memiliki valuasi antara US$ 400 juta dan US$ 1,2 miliar per karyawan. Sisitsky mengatakan hal itu "menakjubkan."

Baca Juga: Pasar Menyambut Deal OpenAI, Kapitalisasi Samsung–SK Hynix Naik US$37 Miliar

Selanjutnya: Adira Finance Sebut Paylater Bisa Jadi Peluang Diversifikasi Bisnis Multifinance

Menarik Dibaca: Tips Mengembangkan UMKM di Era Digital ala Bank CIMB Niaga




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×