Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Di tengah situasi yang semakin tak menentu, survei terbaru menunjukkan bahwa jumlah warga Korea Selatan yang merasa bahwa unifikasi dua Korea perlu dilakukan semakin sedikit.
Melansir Yonhap, survei ini dilakukan oleh Institut Studi Perdamaian dan Unifikasi (IPUS) di Universitas Nasional Seoul kepada 1.200 orang dewasa. Hasilnya, hanya 44,6% dari mereka yang merasa penyatuan dua Korea diperlukan.
IPUS mencatat bahwa ini adalah persentase terendah sejak survei pertama kali dilakukan pada tahun 2007. Sementara itu, orang-orang yang merasa bahwa unifikasi tidak perlu dilakukan jumlahnya mencapai 29,4%.
Dari seluruh responden, 82,7% di antaranya melihat Amerika Serikat sebagai mitra kerja sama. Sementara 70,7% dari mereka yakin Amerika Serikat akan membantu Korea Selatan jika nantinya perang di Semenanjung Korea benar-benar pecah.
Baca Juga: Mulai membuka pintu, Korea Utara segera terima bantuan medis Covid-19 dari WHO
Dipengaruhi beberapa faktor
Lembaga tersebut menyebut pembongkaran kantor penghubung antar-Korea Utara tahun lalu adalah salah satu faktor yang memengaruhi hasil survei tahun ini.
Selain itu, kegagalan KTT Hanoi pada Februari 2019 antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un juga masih menjadi pertimbangan responden meski sudah terjadi dua tahun lalu.
Dari tahun ke tahun, survei IPUS cukup dipercaya karena memiliki margin of error sekitar 2,8 poin dengan tingkat kepercayaan mencapai 95%.
Hubungan dua Korea sendiri cukup fluktuatif sepanjang tahun ini. Salah satunya ditandai dengan buka-tutup hotline penghubung yang sebagian besar melintasi Area Keamanan Bersama Panmunjom (JSA) di dalam Zona Demiliterisasi Korea (DMZ).
Baca Juga: Melunak, Kim Jong Un berniat memulihkan hotline antar-Korea mulai bulan Oktober
Dua Korea pada hari Senin (4/10) sepakat untuk membuka kembali hotline telepon yang beberapa waktu lalu diputus oleh Korea Utara. Dibukanya kembali hotline ini juga merupakan desakan dari Korea Utara.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pekan lalu menyatakan keinginannya untuk mengaktifkan kembali hotline yang terputus sejak Agustus sebagai protes terhadap latihan militer Korea Selatan-AS. Penutupan kali itu terjadi hanya beberapa hari setelah hotline tersebut dibuka kembali untuk pertama kalinya dalam setahun.
Dilansir Reuters dari KCNA, sambungan telepon antar-Korea mulai beroperasi kembali pada hari Senin pukul 9:00 pagi waktu setempat.
Korea Selatan mengkonfirmasi bahwa komunikasi reguler sebanyak dua kali sehari akan langsung dijalankan tepat waktu melalui hotline militer dan lainnya yang dijalankan oleh Kementerian Unifikasi, kecuali untuk saluran angkatan laut yang didirikan pada jaringan internasional untuk kapal dagang.