Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - DUNGUN. China dan Malaysia kembali membangun proyek kereta api dalam proyek Inisiatif Sabuk Satu Jalan atau Belt and Road di Kawasan Malaysia Utara. Mengutip Reuters pada Kamis (25/7), proyek ini kembali dilanjutkan setelah sempat ditunda selama setahun.
Sebelumnya proyek ini dibatalkan oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Kala itu ia ingin menegosiasikan kembali atau membatalkan proyek-proyek mega Cina yang dinilai tidak adil. Padahal pendahulunya Najib Razak telah menyetujui proyek ini.
Baca Juga: Bos Kripto tunda makan siang dengan Warren Buffett, diisukan bermasalah di China
Namun pada April lalu, mitra dagang kedua negara ini setuju untuk melanjutkan dengan East Coast Rail Link (ECRL) yang menelan biaya biaya 44 miliar ringgit atau US$ 10,7 miliar. Nilai ini jauh berkurang dari rencana awal yang sebesar 65,5 miliar ringgit.
Adapun proyek ini akan membangun jalur kereta sejauh 640 km. Proyek ini melibatkan China Communications Construction Co Ltd sebagai kontraktor utama. Jalur ini akan menghubungkan Port Klang di Selat Malaka dengan kota Kota Bharu di semenanjung timur laut Malaysia.
“Perjanjian untuk melanjutkan pekerjaan pada proyek tersebut segera meningkatkan kepercayaan di Malaysia di antara investor asing,” kata duta besar China untuk Malaysia Bai Tian.
Baca Juga: Wall Street dibuka memerah dipicu penurunan pendapatan Caterpillar dan Boeing
Duta Besar Bai bilang hal ini akan menandakan gelombang besar bagi calon investor Tiongkok yang datang ke Malaysia untuk studi lapangan. Ia berharap bakal lebih banyak banyak investor berinvestasi di negeri jiran ini.
China adalah mitra dagang terbesar Malaysia. Kedua negara juga memiliki ikatan budaya yang erat.
Duta Besar Bai mengatakan penyelesaian ECRL, yang diharapkan pada Desember 2026, dapat lebih dari dua kali lipat jumlah wisatawan Tiongkok yang datang ke Malaysia dari 3 juta tahun lalu.
Baca Juga: Terus merangkak, harga minyak sulit capai US$ 60 per barel
Malaysia Rail Link sebagai mitra lokal proyek tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hingga 70% dari pekerja akan menjadi pekerja lokal dan bahwa kontraktor domestik akan mendapatkan 40% dari pekerjaan sipil.
Inisiatif Belt and Road telah dipuji karena potensinya untuk mempercepat pembangunan ekonomi di banyak negara berkembang tetapi dikritik karena berpotensi membebani banyak dari mereka dengan hutang yang tidak berkelanjutan.
Menteri Keuangan Malaysia Lim Guan Eng mengatakan kepada Reuters pada hari Senin bahwa Beijing telah menawarkan mereka lebih banyak investasi infrastruktur BRI dan bahwa Kuala Lumpur akan mempertimbangkannya “jika harganya tepat”.
Baca Juga: Di tengah restrukturisasi, kerugian Deutsche Bank semakin membengkak
Malaysia sudah mengidentifikasi peluang investasi bersama baru dengan China di sepanjang koridor ECRL, kata Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke di acara Dungun.