Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Serangan terbaru Israel terhadap Rafah sepanjang malam Senin (29/4) dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 22 penduduk Palestina.
Melansir AP News, di antara yang tewas termasuk 6 perempuan dan 5 anak-anak, salah satunya masih berusia 5 hari.
Israel telah secara konsisten melakukan serangan udara di Rafah sejak awal perang. Mereka bahkan mengancam akan mengirim pasukan darat karena yakin bahwa wilayah itu merupakan benteng besar terakhir Hamas di wilayah pesisir Gaza.
Selama berbulan-bulan Rafah telah menjadi lokasi paling aman bagi penduduk Palestina untuk berlindung. Rafah juga menjadi satu-satunya pintu masuk bantuan kemanusiaan, karena wilayah ini berbatasan dengan Mesir bukan Israel.
Baca Juga: Presiden Palestina: Hanya Amerika yang Dapat Menghentikan Serangan Israel
Lebih dari satu juta warga Palestina, separuh populasi Gaza, kini tinggal di Rafah. Amerika Serikat dan negara-negara lain telah mendesak Israel untuk tidak melakukan invasi ke wilayah itu, karena khawatir akan terjadinya bencana kemanusiaan.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, berpesan kepada Israel untuk melakukan lebih banyak upaya agar arus bantuan kemanusiaan ke Gaza menjadi lebih lancar.
Namun, pada akhirnya gencatan senjata adalah cara paling efektif untuk menjamin keamanan jutaan penduduk sipil Palestina yang ada di wilayah itu.
Perang di Gaza yang berlangsung saat ini dimulai sejak 7 Oktober 2023, yaitu ketika Hamas menyerang wilayah selatan Israel sebagai bentuk perlawanan atas pendudukan wilayah serta beragam kekerasan aparat terhadap warga Palestina.
Baca Juga: Serangan Israel Telah Menewaskan 34.454 Warga Palestina Sejak 7 Oktober 2023
Israel mengklaim, serangan Hamas itu membunuh sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Hamas juga menyandera 250 orang yang sebagian besar telah dibebaskan.
Merespons serangan tersebut, Israel kemudian melancarkan serangan membabi buta ke Gaza. Hingga awal pekan ini, otoritas kesehatan Palestina mencatat ada lebih dari 34.000 penduduk yang tewas akibat serangan Israel.
Perang Gaza telah secara efektif memaksa sekitar 80% dari 2,3 juta penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka. Penduduk yang mengungsi di wilayah utara kini hidup di bawah ancaman bencana kelaparan.