Sumber: Reuters | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Seruan Pemerintah Tiongkok tentang pernikahan dan memiliki anak nampaknya diacuhkan oleh masyarakat.
“Memiliki tiga anak adalah yang terbaik" kata tanda neon merah muda yang mencolok di pameran pernikahan di kota Changsha, Tiongkok selatan, tempat pengunjung juga dapat memperoleh kiat-kiat untuk menikah dan para pria dapat mengenakan perut hamil untuk merasakan sakitnya melahirkan.
Festival bertema pernikahan ini hadir pada saat Tiongkok ingin meningkatkan angka pernikahan dan kelahiran untuk mengimbangi populasi yang menyusut, sayangnya festival ini hanya menarik sedikit pengunjung dan memicu kritik karena dianggap regresif, meremehkan perempuan, dan membuat orang enggan menikah.
Pengguna media sosial mengecam slogan-slogan di pameran tersebut seperti:
Baca Juga: Serangan Israel ke Iran Picu Minat pada Rudal Balistik yang Diluncurkan dari Udara
"Pekerjaan rumah tangga adalah yang terbaik", "Paling baik dalam membesarkan anak", dan "Paling baik dalam mengajar pekerjaan rumah" karena memperkuat stereotip gender.
"Semua slogan tersebut ditujukan kepada perempuan. Bukankah seharusnya berbagi pekerjaan rumah tangga merupakan hal yang benar?" kata seorang pengguna dengan akun Jianguo di platform Weibo Tiongkok.
Seorang pengguna dengan akun Xiaohong di situs e-commerce sosial Xiaohongshu, yang dikenal sebagai jawaban China untuk Instagram, menulis bahwa festival tersebut mungkin telah "membujuk banyak orang yang ragu untuk tidak menikah".
Jumlah pendaftaran pernikahan di China pada tiga kuartal pertama tahun 2024 turun 16,6% dari tahun ke tahun menjadi 4,75 juta pasangan, menurut Kementerian Urusan Sipil.
Beijing meminta pemerintah daerah minggu lalu untuk mengarahkan sumber daya untuk mendorong orang-orang untuk menikah dan memiliki anak pada usia yang tepat.
Untuk meningkatkan angka pernikahan dan kelahiran anak, pemerintah Beijing memberikan kenaikan tunjangan bersalin dan pengasuhan anak serta menawarkan dukungan perumahan bagi keluarga dengan banyak anak.
"Saya yakin efektivitas kebijakan pemerintah akan terbatas kecuali didukung oleh langkah-langkah seperti pemotongan jam kerja dan penghapusan diskriminasi gender terhadap perempuan di tempat kerja,” kata Xiujian Peng, Peneliti Senior di Pusat Studi Kebijakan di Universitas Victoria.
Di sisi lain, Pemerintah daerah malah menawarkan vitamin gratis kepada perempuan dan menelepon mereka untuk mendorong kehamilan, menurut beberapa unggahan di media sosial.
"Biaya untuk memiliki anak masih terlalu tinggi dan manfaatnya terlalu rendah," kata Aiqi, 32 tahun, yang tinggal di Shanghai, yang mengabaikan langkah terbaru dewan negara.
Ia menolak menyebutkan nama belakangnya karena alasan privasi.
"Kita perlu mengubah sistem pendidikan yang kompetitif, lingkungan kerja yang padat, dan biaya perumahan yang tinggi."
Pemerintah harus bekerja ekstra keras
Baca Juga: Mogok Usai, Pekerja Boeing Terima Tawaran Kontrak Baru
Sebelumnya, Pemerintah Tiongkok pada tahun 2015 mengeluarkan kebijakan tentang satu anak untuk satu keluarga.
Saat ini, Pemerintah Tiongkok harus berjuang keras untuk meningkatkan jumlah pernikahan dan kelahiran anak.
Dan para demografer tidak melihat perubahan yang signifikan dalam waktu dekat.
Sementara mereka mengharapkan serangkaian inisiatif yang bertujuan untuk memacu kelahiran dalam beberapa bulan mendatang, mereka memperingatkan bahwa pengeluaran oleh pemerintah daerah yang terlilit utang akan tetap terbatas.
"Dibutuhkan waktu 20 tahun bagi seorang anak untuk menjadi pembayar pajak. Pemerintah daerah yang terlilit utang tidak memiliki insentif untuk mendorong kelahiran," kata Yi Fuxian, seorang demografer di University of Wisconsin-Madison.
Lembaga Penelitian Populasi Yuwa di Tiongkok memperkirakan negara tersebut perlu menginvestasikan 10% dari PDB untuk menstabilkan populasi.
Kebijakan seperti yang ditetapkan minggu lalu telah membantu di negara-negara seperti Prancis dan Swedia, tetapi kebijakan tersebut belum mengubah keadaan di Asia Timur, kemungkinan besar karena kesenjangan gender yang tinggi, menurut para demografer.
Langkah-langkah dari atas ke bawah yang mendorong orang untuk memiliki lebih banyak anak jarang efektif, kata Yun Zhou, asisten profesor sosiologi, Universitas Michigan.
Baca Juga: Aramco Bagi Dividen Meski Laba Turun 15%