Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Raksasa minyak Saudi Aramco melaporkan penurunan laba kuartal ketiga sebesar 15,4%. Ini karena penurunan harga minyak dan margin di bisnis penyulingan yang lebih rendah.
Aramco membukukan laba bersih sebesar US$ 27,6 miliar dalam tiga bulan hingga 30 September. Angka ini masih mengalahkan estimasi median US$ 26,9 miliar. Citi memperkirakan laba bersih Aramco sebesar US$ 26,3 miliar dalam riset pada Oktober.
Namun, Aramco mengaku masih akan membagi dividen sebesar US$ 31,1 miliar untuk periode tersebut. Aramco membagi dividen hasil kinerja tahun lalu setelah hasil laba yang melimpah pada 2022 ketika harga minyak melonjak. Aramco mengatakan total dividen sebesar US$ 124,3 miliar pada tahun 2024, yang US$ 43,1 miliar menjadi dividen terkait kinerja.
Baca Juga: Intip 10 Negara Terkaya di Timur Tengah dengan Sumber Minyak Melimpah
Pemerintah Saudi memegang hampir 81,5% saham Aramco dan bergantung pada pembayaran dividen, royalti dan pajak. Dana Investasi Publik (PIF) yang memegang 16% saham Aramco juga mendapat keuntungan dari dividen ini.
PIF perusahaan yang mengelola aset sekitar US$ 925 miliar mengarahkan agenda ekonomi yang luas yang dikenal sebagai Visi 2030 untuk mengurangi ketergantungan kerajaan pada minyak. Rencana tersebut telah menggelontorkan sejumlah besar dana untuk segala hal mulai dari mobil sport dan mobil listrik hingga kota gurun futuristik yang direncanakan.
Reuters melaporkan PIF sedang mempertimbangkan reorganisasi yang mencakup memprioritaskan kembali proyek-proyek dan meninjau beberapa pengeluaran. Menteri Keuangan Mohammed Al Jadaan awal tahun ini mengatakan bahwa Visi 2030 akan disesuaikan sesuai kebutuhan,dengan beberapa proyek dikurangi atau diperpanjang dan yang lainnya dipercepat.
Arab Saudi, pemimpin de facto Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memompa sekitar 9 juta barel per hari, sekitar tiga perempat dari kapasitasnya setelah menyetujui pemotongan dengan anggota OPEC dan sekutu termasuk Rusia.
Patokan minyak mentah Brent LCOc1 diperdagangkan pada US$ 75,12 per barel pada hari Selasa, diperdagangkan dalam kisaran yang ketat menjelang pemilihan umum AS. Menurut proyeksi IMF pada bulan lalu, pemerintah Saudi membutuhkan minyak sekitar US$ 98,40 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya.
Penurunan produksi dan harga telah menekan keuangan negara. Pernyataan anggaran awal pada akhir September menunjukkan kerajaan tersebut membukukan defisit fiskal sebesar 118 miliar riyal setara dengan US$ 32 miliar tahun ini, setara dengan 2,9% dari PDB, lebih besar dari 79 miliar riyal yang diproyeksikan dalam pernyataan anggaran 2024 pada Desember.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Rabu (30/10) Pagi, Persediaan Minyak Mentah AS Menyusut
Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaannya, pemerintah menjual sebagian besar saham Aramco awal tahun ini menghasilkan US$ 12,35 miliar. Kerajaan tersebut merupakan penerbit utang terbesar di antara pasar berkembang pada semester pertama.
Total utang publik Saudi hampir mencapai 1,15 triliun riyal setara US$ 306,17 miliar pada akhir Juni, naik 9,4% dari tahun sebelumnya, menurut data kementerian keuangan. Utang publik diproyeksikan naik menjadi 1,172 triliun riyal pada akhir tahun, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 1,103 triliun riyal. Aramco serta PIF dan beberapa perusahaan terkait negara lainnya, telah mengumpulkan miliaran utang tahun ini.