Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - KYIV/MOSKOW. Presiden Vladimir Putin menempatkan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi pada Minggu dalam menghadapi rentetan pembalasan Barat atas perangnya di Ukraina, yang mengatakan telah memukul mundur pasukan darat Rusia yang menyerang kota-kota terbesarnya.
Amerika Serikat mengatakan Putin meningkatkan perang dengan "retorika berbahaya", di tengah tanda-tanda bahwa serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua tidak menghasilkan kemenangan cepat, tetapi menghasilkan tanggapan Barat yang luas dan terpadu.
Kurang dari empat hari setelah dimulai, invasi telah memicu respons politik, strategis, ekonomi, dan korporat Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam jangkauan dan koordinasinya."Dengan perang di Ukraina ini, dunia tidak akan pernah sama lagi," tulis kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josef Borrell dalam sebuah opini di surat kabar Guardian.
"Sekarang, lebih dari sebelumnya, waktu bagi masyarakat dan aliansi untuk bersatu membangun masa depan kita di atas kepercayaan, keadilan, dan kebebasan. Inilah saatnya untuk berdiri dan berbicara. Mungkin tidak benar. Tidak pernah. Tidak akan pernah," katanya.
Baca Juga: Bank Sentral Rusia Akan Memborong Emas dan Perkuat Pasar Domestik Hadapi Sanksi Barat
27 negara Uni Eropa pada hari Minggu memutuskan untuk pertama kalinya dalam sejarahnya untuk memasok senjata ke negara yang sedang berperang. Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa mereka akan mengirim 450 juta euro (US$ 507 juta) persenjataan ke Ukraina. Borrell pada konferensi pers mengatakan dukungan UE akan mencakup penyediaan jet tempur.
Kepala eksekutif Uni Eropa Ursula von der Leyen menyatakan dukungan untuk keanggotaan Ukraina dalam sebuah wawancara dengan Euronews, mengatakan "mereka adalah salah satu dari kita."
Ukraina, negara demokratis berpenduduk 44 juta orang, memperoleh kemerdekaan dari Moskow pada tahun 1991 saat jatuhnya Uni Soviet dan telah mendorong untuk bergabung dengan aliansi militer NATO Barat dan Uni Eropa, tujuan yang ditentang keras oleh Rusia.
Rubel jatuh hampir 30% ke level terendah sepanjang masa terhadap dolar pada Senin pagi, setelah negara-negara Barat pada Sabtu meluncurkan sanksi keras termasuk memblokir beberapa bank dari sistem pembayaran internasional SWIFT. Pada hari Minggu, presiden Swiss yang netral mengatakan dia mengharapkan pemerintahnya untuk mengikuti Uni Eropa dengan sanksi Rusia dan pembekuan aset Rusia.